Ana

Minggu, 15 Maret 2015

Membaca Ratusan Lembar Selama Kemacetan




            Suatu sore menjelang malam, saya galau. Galau untuk memutuskan kembali ke kantor atau langsung saja pulang ke rumah. Saat itu saya sedang bepergian dengan kendaraan umum. KRL dan bus transjakarta menemani saya di hari itu. Saya menitipkan kendaran saya, si Mocil, di tempat parkir kantor. Namun, saya juga ingin langsung pulang ke rumah. Maklum, badan sudah lelah.
            Kegalauan makin menjadi-jadi ketika tiba di halte Harmoni. Halte terbesar transjakarta ini sangat penuh, dan yang paling penuh adalah antrian ke arah rumah saya. Koridor 2 yang melewati Cempaka Putih antriannya sangat panjang dan sesak. Saya akhirnya memilih jurusan ke Lebak Bulus, bus yang menuju ke kantor.
            Pilihan saya itu diambil berdasarkan jumlah antrian orang yang saya lihat. Saya tidak memperhitungkan jumlah kendaraan yang menuju ke arah kantor. Jumlah kendaraannya sangaaat buanyaaakk. Ruas jalan sepertinya tidak mampu menampung jumlah kendaraan saat itu. Jadinya…sudah bisa ditebak. Macet!
            Kemacetan saat itu menurut saya sangat parah. Hampir 1 jam lamanya kami berada di jalan yang sama. Sesekali bergerak beberapa centi meter. Saya bahkan tidak bisa menuliskan kemajuannya dalam satuan meter. Kemajuannya memang benar-benar tidak mencapai semeter, kok. Setelah 1 jam berlalu, barulah kami tiba di halte Sumber Waras, halte pertama setelah halte Harmoni. Wow!
            Pada saat macet itulah, banyak orang yang menjadi bad mood. Beberapa orang marah-marah. Beberapa orang menelpon dan curhat kepada orang di seberang sana. Beberapa lagi selonjoran di lantai. Ada juga yang tidur (yang ini tentu saja yang kebagian tempat duduk). Saya memilih membaca buku yang saya bawa. Buku itu ukurannya kecil, namun cukup tebal. Tebalnya 300-an halaman.
            Selama kemacetan itu, saya berdiri. Pegel juga, sih. Tempat saya berdiri cukup terang. Jaraknya cukup dekat dengan lampu. Saya bisa membaca  buku dengan cahaya yang cukup, tidak remang-remang yang bikin sakit mata. Saya terus membaca hampir selama perjalanan. Selama perjalanan itu, saya membaca lebih dari 100 halaman. Yeah…bayangkan saja berapa lama perjalanan yang biasanya hanya ditempuh selama 20 menit itu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini