Ana

Rabu, 12 September 2018

Shine Bright Like a Diamond (???)




            Lirik lagu “shine bright like diamond” pernah sangat terkenal di radio. Lagu ini sering diulang-ulang tanpa henti. Lagu ini juga sering terdengar di mal-mal yang saya datangi. Top banget, deh! Saya yang awalnya ikut-ikutan nyanyi akhirnya bosan sendiri.
            Sampai akhirnya saya berpikir, kayanya ada yang salah dengan liriknya. Shine bright like diamond seakan-akan berlian itu mengeluarkan sinar. Padahal berlian, kan, tidak mengeluarkan sinar. Berlian, terutama yang sudah diasah dan bermutu tinggi, memantulkan cahaya sehingga terlihat bersinar.
            Pemikiran ini pernah mau saya tulis di blog ini. Saya juga berniat untuk melengkapinya dengan foto berlian. Namun, tidak kunjung saya lakukan. Sepertinya catatan ini memang tidak terlalu penting untuk diingat, sih.
            Suatu hari, saat mengamati linimasa di Twitter, saya menemukan lagi lirik lagu ini. Kali ini dengan komentar yang menurut saya agak sadis. Ada gambar sang penyanyi dengan lirik lagunya, dan komentar i**ot dengan penjelasan secara sains kalau berlian itu tidak bersinar. {ST}

Selasa, 11 September 2018

Lampu di Pantai Seberang (???)




            Banyak tempat nongkrong baru di daerah pantai Jakarta Utara. Tempat-tempat itu menyajikan pemandangan pantai dan juga suasana yang membuat betah. Saya beberapa kali ke sana untuk menikmati waktu senggang.
            Pemandangan di tempat ini menjadi lebih menarik di waktu malam. Lampu-lampu di sekitar tempat itu terlihat lebih indah. Lampu-lampu yang terlihat seakan-akan di seberang itu memantulkan cahayanya di air laut. Keren, deh, kelihatannya. Pemandangan indah itu membuat kami betah duduk di luar ruangan saat hari cerah.
            Sesaat kami melupakan bahwa tempat nongkrong kami itu adalah Jakarta, kota metropolitan yang sebenarnya penuh polusi. Saya tidak akan mau nongkrong di tempat itu saat siang hari yang panas. Panas terik matahari ditambah debu polusi tentunya akan membuat tidak nyaman.
            O ya, ngomong-ngomong tentang pantai di seberang, sebenarnya pantai itu berada di pulau yang sama, kok. Tempat yang berada di teluk itu membuat seakan-akan lampu-lampu itu berada di seberang lautan. {ST}

Minggu, 09 September 2018

“Best Friend” di Bangku Gereja


            Suatu kali saya menghadiri pemberkatan pernikahan di gereja. Kali ini tidak hanya sekedar hadir. Saya juga bertugas menyanyi bersama paduan suara. Kami datang lebih cepat dari kebanyakan undangan karena mau latihan bersama dulu.
            Saat melewati kursi-kursi gereja yang kosong, saya melihat ada beberapa kursi yang diberi tanda berupa tulisan. Tulisan itu menandakan siapa yang boleh duduk di tempat tersebut. Hal ini memang biasa dilakukan, kok. Tujuannya supaya undangan dan jemaat yang datang tidak menduduki tempat duduk yang sudah disiapkan. Biasanya tempat duduk itu untuk keluarga pengantin.
            Ada yang unik pada pemberkatan nikah kali ini, di tempat duduk terdepan ada tulisan “best friend”. Wah, berarti sahabat-sahabatnya ini dekat banget ding sama yang menikah sampai mendapatkan tempat khusus di bagian depan. Itu kesan yang saya tangkap saat melihatnya.
            Pada saat kebaktian dimulai, saya melihat ke arah tempat duduk best friend. Tempat duduk itu diduduki oleh lelaki yang sepertinya sebaya dengan pengantin pria. Dari situ saya berpikir, apakah tulisan itu tidak salah tulis? Mungkin maksudnya best man. Sampai sekarang saya tidak tahu apa yang sebenarnya dimaksud. {ST}

Sabtu, 08 September 2018

Usaha Kuliner Artis


            Saat ini banyak “artis” yang beralih profesi menjadi pebisnis kuliner. Bisnis kuliner ini selain untuk investasi, juga menggunakan nama besar mereka yang sudah dikenal oleh masyarakat. Nama besar mereka mmebuat banyak orang yang membeli tanpa pertimbangan tentang rasanya.
            Di alinea pertama, saya menggunakan tanda kutip untuk kata “artis”. Itu bukan tanpa alasan, lo. Menurut saya yang namanya artis adalah orang yang menghasilkan karya seni (art). Nah, orang yang disebut “artis” di Indonesia ini tidak selalu demikian. Memang ada juga yang menghasilkan karya seni. Namun, ada juga yang tekenal karena hal lain, misalnya muncul dalam sinetron, menikah dengan orang terkenal, dll.
            Sekarang, ada banyak sekali artis yang membuat usaha kuliner. Coba cari aja sendiri, deh. Banyak yang menjual roti dan kue-kue, sampai-sampai sekarang ada sebutan “kue artis” untuk produk-produk yang mereka hasilkan.
            Beberapa kenalan saya ada yang penasaran untuk mencoba bagaimana rasa kue artis itu. Dari berita di dunia maya, bahkan ada orang yang sering sekali membeli kue artis karena ngefans pada sang artis. Selain itu ada juga yang mengatakan rasanya enak.
            Saya sendiri tidak terlalu tertarik untuk mencoba karena tertarik akan nama besar sang artis, apalagi kalau artisnya adalah “artis” enggak jelas. Saya lebih tertarik akan rasanya. Yeah, itu sebenarnya dasar di bisnis kuliner, sih. Rasa yang enak tentunya akan lebih banyak menarik pelanggan pada akhirnya. {ST}

Jumat, 07 September 2018

Tumpeng Mini untuk Makan Seporsi




            Saya sempat terpana saat mendapat bingkisan makanan yang dibungkus dalam tas ini. Di dalamnya ada makanan yang dibentuk seperti tumpeng ukuran kecil. Biasanya, tumpeng selalu berukuran besar dan disajiakn untuk memberi makan banyak orang. Nah, tumpeng yang ini ukurannya cukup untuk seporsi makan seseorang.
            Tumpeng ini terdiri dari nasi kuning, mi, ayam goreng, sambel, dan lalapan. Menunya cukup lengkap untuk seporsi makanan. Aneka makanan itu ditata dengan indah sampai rasanya sayang untuk memakannya. Akhirnya saya memakannya karena lapar. Sebelum makan, saya mengabadikannya dulu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini