Dalam
PMJ 5 Mei 2012, saya dipilih kembali menjadi bagian BPMJ GKI Kwitang.
Persidangan penuh perdebatan itu meminta saya untuk keluar dari ruangan dulu
saat saya lagi diomongin. Diminta keluar ruangan juga saya alami di tahun yang
lalu.
Selagi berada di luar ruang sidang
dan berbincang dengan beberapa orang, ada hal-hal yang membuat saya galau
berat. Beberapa orang yang saya hargai membuat saya kecewa dengan pandangannya
yang tidak bisa dipertanggungjawakan, baik secara logika maupun secara kasih
yang menjadi dasar persekutuan kami.
Kegalauan itu makin membuat saya
menderita, karena di awal perjalanan pun saya kesulitan untuk bersuka cita. Ada
saatnya saya hampir mengundurkan diri karena aneka pikiran yang berseliweran.
Saat persidangan masih berdebat,
saya menyempatkan diri berdoa menenangkan hati. Sayapun menjadi tenang. Pikiran
logis menjadi penguasa di kepala saya yang berambut gondrong itu. Demi sebuah
tujuan untuk melanjutkan pelayanan yang berkesinambungan, saya harus berada di
tim itu. Dan bukanlah kebetulan kalau puluhan (seharusnya ratusan) orang di
ruang ini memberi kepercayaan kepada saya. So, let’s do it.
Kegalauan itu masih berlanjut,
walaupun saya sudah berhasil menenangkan diri. Dalam sesi curhat dengan rekan
sebaya yang dipilih menjadi ketua, saya merasa dikuatkan karena tidak
sendirian. Dalam saat yang sama, Tuhan juga mengirimkan renungan yang langsung
kena tepat sasaran. Renungan ini juga saya kirimkan ke teman-teman saya itu.
Renungan yang membuat saya hanya percaya pada Tuhan saja, karena semua manusia
bisa membuat kita kecewa. Dukungan dari rekan-rekan di tim sebelumnya juga
sangat berarti membuat saya menerima tanggung jawab ini dengan penuh suka cita.
{ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar