Pada
saat kantor kami pindah lokasi, banyak barang pustaka yang tercecer berantakan.
Ada beberapa yang saya pungut karena sayang kalau dibuang. Salah satunya adalah
majalah kecil terbitan tahun 2007. Majalah kecil ini bukanlah majalah untuk
anak kecil. Majalah ini adalah bacaan untuk orang dewasa yang sudah mewarnai
Indonesia selama 50 tahun lebih. Isinya selalu bermakna dan menginspirasi. Smart & inspiring adalah
semboyannya.
Ada
artikel menarik di majalah kecil ini. Saya bahkan sampai teringat-ingat terus
sampai saat ini. Artikel itu tentang seorang eksekutor di Singapura, negara
kecil tetangga RI itu. Mungkin yang membuat saya teringat karena maraknya perbincangan
tentang eksekusi hukuman mati beberapa waktu yang lalu.
Eksekutor yang dimaksud adalah algojo
yang memutuskan nyawa terpidana mati. Sebuah pekerjaan yang mengerikan. Nama
sang eksekutor adalah Darshan Singh. Tugasnya adalah menggantung tepidana yang
mendapat vonis hukuman mati. Di Singapura, hukuman mati memang dilaksanakan
dengan digantung, bukan ditembak atau disuntik seperti di negara lain. Cara ini
ternyata supaya organ tubuh terpidana tetap utuh dan dapat digunakan untuk
keperluan lain, misalnya untuk riset atau donor.
Pekerjaannya selalu menjadi rahasia
bagi kebanyakan orang termasuk keluarganya. Istri pertamanya bahkan sampai
pergi meninggalkannya ketika tahu pekerjaan suaminya itu. Sebelumnya, sang
istri tidak pernah tahu pekerjaan utama suaminya.
Yeah, enggak bisa disalahkan juga,
sih. Saya juga mungkin akan kabur terbirit-birit bila punya suami yang
pekerjaannya eksekutor dan tidak pernah bilang sebelumnya. Selain merasa
dibohongi, juga merasa ngeri hidup dengan seorang pengambil nyawa orang lain.
Hiiii….. Suaminya juga tidak bisa disalahkan. Pekerjaan seperti ini memang
menuntut kerahasiaan.
Pak Darshan adalah penyandang rekor
dunia sebagai orang yang terbanyak mengeksekusi sesamanya manusia. Rekornya yang
lain adalah mengeksekusi 18 orang dalam tempo 1 hari. Dengan berkurangnya
negara yang memberikan hukuman mati, kemungkinan rekor itu akan menjadi rekor
dunia abadi. Enggak tahu, deh, apakah dia bangga dengan “prestasi” itu.
Selama lebih 40 tahun, Pak Darshan
menjadi eksekutor tunggal di negara kecil itu. Tidak ada orang yang mau (atau
mampu) menggantikannya. Konon kabarnya, Mr Singh pernah melatih sipir-sipir
lain untuk menggantikan tugasnya. Dia membagi pengetahuannya tentang panjang
tali dan berat badan terpidana. Dia juga melatih para muridnya di tiang
gantungan. Sayangnya, murid-muridnya itu semuanya diam membeku ketika tiba
harinya untuk benar-benar mengeksekusi. Mereka tidak berhasil lulus ujian dan
tidak berminat lagi melanjutkan karir sebagai pengganti Pak Darshan Singh.
Selain menjadi eksekutor, Pak Darshan
juga merangkap sebagai tukang cukur. Pak Darshan juga mencukur rambut para
terpidana yang akan dieksekusinya itu. Kadang-kadang, terjalin komunikasi yang
baik dengan mereka. Kebayang enggak, sih, sudah kenal dan berteman terus dia
bertugas mencabut nyawa temannya itu?
Dalam sebuah wawancara dengan media,
terungkap kalau Pak Darshan itu sebenarnya manusia biasa yang
berperikemanusiaan juga. Sebagai manusia, kadang dia juga melihat terpidana
sebagai manusia yang baik. Dia berempati pada masalah mereka. Sangat berat
ketika dia harus mengakhiri hidup orang yang dihormatinya. Yang dapat
dilakukannya adalah mengusahakan supaya kematian datang dengan cepat sehingga
terpidana tidak terlalu tersiksa.
Yang cukup berkesan bagi saya adalah
kalimat terakhir yang diucapkannya kepada terpidana yang akan dia eksekusi. Pak
Darshan mengatakan, “I am going to send you to a better place than this. God
bless you.” Tak jelas juga apakah ada terpidana yang membalas, “God bless you too,
Mr Singh.”
Saya menulis catatan ini mungkin
untuk mengeluarkan “racun” dalam pikiran saya. Seperti yang saya sebutkan
sebelumnya, entah mengapa saya teringat terus tentang ini. Pikiran itu membuat
saya agak terganggu. Biasanya, pikiran yang “mengganggu” itu sering menimulkan
inspirasi untuk tulisan-tulisan saya baik nonfiksi maupun fiksi. Hmmm… Rasanya
tema ini tidak cocok sama sekali untuk pembaca tulisan saya yang kebanyakan
anak-anak kecil. Semoga saja setelah racun pikiran ini saya keluarkan, saya
mendapatkan inspirasi lain yang lebih sesuai untuk anak-anak kecil. {ST}