Sudah
sebulan ini, dunia maya dihebohkan dengan berita hilangnya seorang anak di
Bali. Anak itu, Angeline, adalah anak perempuan berumur 8 tahun yang tinggal
bersama ibu angkatnya. Angeline adalah anak yang diadopsi ketika masih bayi.
Anak berwajah manis ini juga menarik perhatian saya karena mengingatkan saya
pada Azarel, keponakan saya yang cantik dan berambut panjang.
Hari
Rabu, 10 Juni 2015, dunia dikejutkan oleh berita ditemukannya Angeline.
Angeline ditemukan tidak bernyawa lagi di halaman rumahnya. Tepatnya jasad Angeline
ditemukan di dekat kandang ayam, di bawah tumpukan sampah. Jasadnya sudah
membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Diperkirakan Angeline sudah
meninggal 3 minggu yang lalu.
Berita
ditemukannya Angeline ini ternyata menarik perhatian banyak orang. Mereka turut
membagikan beritanya dalam linimasa media sosial mereka. Kemarin sore, linimasa
Facebook saya dipenuhi dengan foto dan berita anak kecil ini. Kebanyakan turut
berduka san merasa sedih. Saya juga merasakan hal yang sama.
Saya
sebenarnya tidak terlalu mengikuti berita ini. Saya pikir, dia sudah ditemukan.
Biasanya, kalau ada berita anak hilang yang beredar luas di media sosial, anak
itu akan lebihmudah ditemukan. Hal itu sudah terjadi berkali-kali. Itu adalah
salah satu dampak media sosial yang layak disyukuri.
Saya
baru mulai mengikuti beritanya ketika tautan berita mulai bertebaran di
linimasa saya. Saya bertambah sedih ketika membaca kisah hidup anak ini.
Angeline adalah anak yang diadopsi sejak berusia 3 hari. Ibu kandungnya
merelakan anaknya diadopsi karena keterbatasan biaya. Ibu angkatnya tinggal di
Bali, sementara ibu kandungnya tinggal di Banyumas.
Kepala
sekolah dan guru Angeline mengatakan kalau Angeline selalu terlihat seperti
anak yang tidak terurus. Bila berangkat sekolah, rambutnya acak-acakan dan
badannya bau, seperti tidak mandi. Guru wali kelas sampai-sampai harus
memandikan Angeline dulu sebelum masuk ke kelas. Prestasi Angeline juga kurang
baik. Konsentrasinya mudah teralih, seperti orang yang kurang makan. Para guru
samapi memberikan makanan yang dibeli di kantin. Angeline memakan pemberian itu
dengan lahap.
Badan
Angeline yang bau itu karena terkena kotoran ayam yang harus diberinya makan di
pagi hari sebelum pergi sekolah. Angeline harus memberi makan sekitar 50 ayam
peliharaan ibu angkatnya. Ini juga mengundang pendapat banyak orang tentang
mempekerjakan anak. Kalau cuma memberi makan 2 ekor ayam penghuni halaman, itu
bisa dikatakan sebagai proses pembelajaran. Kalau sampai 50-an, hmmm…. Itu sih
pemberdayaan anak-anak.
Selain
perlakuan ibu angkatnya yang kurang baik itu, ternyata Angeline juga mendapat
perlakuan kurang pantas dari pembantu rumahnya. Sang pembantu rumah ini
melakukan pelecehan seksual padanya. Sang pembantu ini bahkan diduga sebagai
pembunuh Angeline.
Saat
ini, Angeline sudah wafat. Kematiannya membuat banyak orang marah dan sedih.
Saya juga sedih sekali membaca berita ini. Semoga orang yang telah melakukan
kejahatan kepada Angeline mendapatkan ganjaran yang setimpal. Dan tidak ada
lagi anak-anak kecil di dunia ini yang mendapatkan perlakuan tidak layak
seperti Angeline. {ST}