Libur Lebaran tahun 2018 ini
bertepatan dengan libur sekolah. Libur kenaikan kelas itu lamanya sebulan.
Anak-anak yang sedang libur banyak terlihat di dalam bus yang saya naiki.
Kadang-kadang saya bertemu dengan serombongan anak kecil didampingi orang dewasa.
Suatu kali saya bertemu dengan 3
orang anak kecil. Dari ukurannya, saya menebak kalau mereka kakak beradik. Ibu
mereka memangku anak yang paling kecil, yang umurnya sekitar 3 tahun. Anak itu
beberapa kali mengeluarkan suara lucu yang mengingatkan saya kepada keponakan
saya.
Saat tiba di halte tujuan akhir,
semua penumpang diminta turun termasuk saya dan rombongan itu. Saya berjalan di
belakang mereka sambil sesekali menyapa anak-anak itu. Ya, saya memang sok
ramah kalau ketemu anak-anak di jalan.
“Perhatikan langkahnya. Lihat ke
bawah saat melangkah. Hati-hati kejeblos,” ujar petugas bus. Ia mengatakannya
berkali-kali, termasuk saat rombongan anak-anak itu melangkah di dekatnya.
“Perhatikan langkahnya. Lihat ke
bawah saat melangkah. Hati-hati kejeblos,” kata petugas itu sambil melihat ke
anak kecil yang dipegang ibunya itu.
“Iya,” sahut si anak sambil menatap
ke petugas yang sedang tersenyum ramah.
Anak itu melangkahkan kakinya ke
pintu dan…. Dia kejeblos. Untungnya sang ibu yang menggandengnya dengan sigap
menangkap tangan kedua anak itu. Sejenak anak itu berayun-ayun di antara bus
dan bangunan halte. Sang petugas langsung membantu ibu itu memindahkan anaknya
ke halte. Setelah itu dia menggaruk-garuk kepalanya dengan ekspresi salah
tingkah.
“Gak papa, Mas. Namanya juga
anak-anak,” ucap sang ibu menenangkan sang petugas.
Orang-orang yang ikut mendengar
percakapan itu ada yang tertawa. Saya juga tertawa. Konyol, sih. Baru aja
diperingatkan hati-hati supaya tidak kejeblos. Yang bikin konyol karena satu-satunya orang yang menjawab “iya”
malah kejeblos. {ST}