Saya agak prihatin
membaca artikel tentang pendidikan di Indonesia. Pada artikel itu disebutkan
hanya ada 2 universitas berakreditasi A di luar Pulau Jawa. Selebihnya,
termasuk universitas tempat saya belajar, ada di Pulau Jawa.
Sebenarnya hal ini sudah
saya ketahui sejak lama. Itu pula sebabnya saya pindah tempat tinggal ke
Jakarta. Awalnya untuk sekolah di sekolah yang lebih baik daripada di kota
tempat saya dibesarkan, Palangkaraya. Tetapi entah mengapa, ketika kenyataan
itu ditulis dalam berita, rasanya kaget juga.
Pulau Jawa hanya sebagian
kecil dari wilayah Indonesia, tetapi penduduknya paling padat. Di pulau inilah
kegiatan pemerintahan dan bisnis terpusat. Di pulau inilah saya tinggal selama
bertahun-tahun. Di pulau inilah tempat saya mencari nafkah dan mengukir
sejarah.
Dapat dibayangkan dengan
sangat sedikitnya lembaga pendidikan berakreditasi A, sangat sedikit pula orang
yang mendapatkan pendidikan tinggi dengan akreditasi A. Kalau mau mendapatkan
kualitas lebih baik, harus hijrah ke Pulau Jawa, seperti yang saya lakukan.
Nah, orang-orang ini tidak semuanya memiliki panggilan hati untuk kembali dan
membangun daerah asalnya.
Ini bukan ngomongin
orang, lo. Ini tentang saya sendiri. Bertahun-tahun lamanya saya tidak
merasakan panggilan untuk kembali dan membangun tanah kelahiran saya. Selain
karena mikirin diri sendiri, saya juga tidak mau kembali sebagai anak bawang.
Anak bawang yang mengandalkan popularitas leluhur untuk mendapatkan kedudukan.
Sampai sekarang,
sebenarnya saya belum memberikan tindakan nyata untuk daerah tempat saya
berasal. Belum tahu juga bagaimana caranya. Kalau sekedar kembali tanpa berbuat
sesuatu yang berarti, mendingan enggak, deh. Ntar malah membuat malu keluarga
dan menjadi beban baru. Saya juga malu kalau kerjanya enggak bener.
Kakak saya sudah melakukan sesuatu. Dengan keahlian dan pengalamannya, dia
menjadi dosen tamu di sebuah universitas. Kakak saya adalah sarjana
pertambangan lulusan luar negeri dengan pengalaman kerja di berbagai tipe
tambang selama bertahun-tahun. Pengalamannya menajamkan pendidikannya. Pendidikan
dan pengalamannya itu sudah cukup untuk menyebut dia sebagai seorang ahli.
Kalau adiknya? Hmmm… Saya belum dapat dikatakan ahli dalam pekerjaan saya
yang sekarang ini. Saya bahkan baru dalam tahap awal menggeluti pekerjaan ini. Jurusan
yang saya ambil saat kuliah dengan pekerjaan saya sangat berbeda, baik itu
pekerjaan saya lalu maupun yang sekarang. Benar-benar belum dapat dikatakan
sebagai ahli.
Salah satu jalan yang saya pikirkan adalah melalui internet, online.
Selama ini saya cukup sering membagikan pengetahuan saya melalui internet.
Melalui internet, saya juga bisa mendapatkan banyak hal. Saya bisa belajar
banyak hal. Semoga saja saya menemukan jalan untuk dapat turut membangun daerah
asal saya, Kalimantan Tengah. Ntar kalau sudah ketemu, pasti dibagikan melalui
blog ini. Tunggu tanggal mainnya. {ST}