Suatu
malam, kala saya sedang santai menonton TV di rumah, saya berhenti di sebuah
saluran TV yang menyiarkan tentang Trowulan, situs sejarah warisan Majapahit.
Situs ini pernah diributkan beberapa waktu sebelumnya. Keributan itu terjadi
karena akan dibangun pabrik baja di daerah itu. Keributan ini menarik perhatian
saya karena ketertarikan saya pada hal itu. Saya tertarik pada sejarah dan
arkeologi, saya juga tertarik pada baja.
Trowulan
adalah situs peninggalan Mjapahit yang sangat terkenal. Situs ini adalah kota
yang padat di jamanya. Bangunan-bangunan tua berserakan di mana-mana. Bangunan tua
itu dan reruntuhannya sangat mudah ditemukan. Penduduk sekitar, yang kebanyakan
pekerjaannya adalah pembuat bata sering menemukannya ketika menggali tanah.
Pembangunan
pabrik baja ditentang oleh banyak pihak. Change.org bahkan mengajak masyarkan
luas untuk menandatangani petisi menentang pembangunan pabrik baja ini. Petisi
yang bisa mengumpulkan ribuan pendapat itu dibawa ke gubernur Jawa Timur dan mendapatkan
dukungan untuk menghentikan pembangunan pabrik baja. Tentu saja hal ini
disambut baik oleh semua pihak yang peduli dengan pelestarian benda purba kala
seperti saya.
Ancaman
bagi Trowulan ternyata tidak hanya pabrik baja. Ancaman yang cukup besar justru
berasal dari dalam situs sendiri, dari orang-orang yang menghuninya, yaitu
penduduk sekitar situs itu. Penduduk yang sebagian besar pekerjaannya sebagai
pembuat batu bata. Bahan baku batu bata adalah tanah liat yang banyak terdapat
di sekitar situ. Mereka menggali dimana saja, makan akan ditemukan tanah liat.
Pada saat penggalian itu, mereka tidak hanya menemukan tanah liat, tapi juga
peninggalan dari jaman Majapahit.
Peninggalan-peninggalan
itu seharusnya dilaporkan ke pemerintah untuk dirawat. Namun, ternyata tidak
semua orang melakukan hal itu. Faktor uang adalah salah satu pemicunya. Dengan
menyerahkannya ke pemerintah, kemungkinan akan diganti dengan biaya yang sedikit.
Beda halnya kalau dijual ke penyalur barang antik, yang didapatkan bisa
berpuluh-puluh kalinya. Karena itulah banyak penduduk yang menjualnya ke
penjual/penyalur barang antik, yang kemudian memasarkannya ke seluruh penjuru
dunia.
Disebutkan
pula, harga sebuah batu bata kuno yang utuh, harganya berkali-kali lipat
dibandingkan dengan batu bata baru ayng mereka buat dengan susah payah.
Tentunya ini peluang yang sangat menggiurkan. Bahkan, batu bata yang tidak utuh
pun masih ada yang meminatinya.
Salah
satu cara untuk mengamankan situs Trowulan dari ancaman penduduknya sendiri
adalah dengan meningkatkan pendapatan dan juga mengalihkan pekerjaan penduduk
di sekitarnya. Ini masih menjadi PR bagi bangsa kita. PR yang penyelesainnya
tidak semudah mengisi petisi. {ST}