Selama tinggal di negara ini,
Indonesia, yang kabarnya adalah negara demokrasi, cukup banyak kejadian yang
tidak mencerminkan demokrasi. Yang paling sering adalah tindakan main hakim
sendiri oleh orang-orang yang merasa dirinya benar. Orang-orang ini yang merasa
dirinya mewakili mayoritas penduduk Indonesia, merasa dirinya benar walaupun
tindakannya merugikan banyak orang.
Yang paling baru terjadi adalah
perusakan dan penganiayaan di DIY Yogyakarta. Entah apa yang menjadi pemicu
dari tindakan ini. Ad ayang mengatakan karena masalah pribadi, ada juga yang
mengatakan masalah sentimen agama. Yang jelas, buah dari tindakan ini sangat
merugikan banyak pihak, tidka hanya orang yang rumahnya dirusak.
Yang jelas-jelas dirugikan tentu
saja adalah orang yang rumahnya dirusak. Kemudian orang-orang lain yang
kebetulan beribadah di situ. Seorang anak kecil yang terkena setrum (entah
disengaja atau tidak) juga menjadi orang yang dirugikan. Dan sebenarnya,
orang-orang yang mendapatkan kerugian terbesar adalah orang-orang yang namanya
dicatut oleh ormas itu. Tidak semua orang yang menganut keyakinan yang
(katanya) sama dengan ormas itu menyetujui tindakan kekerasan apalagi yang
membuat anak-anak menderita.
Kerugian terbesar berikutnya akan
didapatkan oleh daerah tempat kejadian itu terjadi. Kejadiannya, yang berada di
sebuah tempat yang banyak sekali pendatangnya, akan membuat banyak orang tidak
merasa aman dan nyaman. Bisa ditebak apa yang akan kemudian dilakukan oleh orang-orang.
Entah meninggalkan tempat itu, atau meningkatkan pertahanan supaya tetap aman.
Syukurlah, pemimpin di tempat
kejadian itu tidak tinggal diam. Sultan HB X, gubernur dan juga raja di
Yogyakarta, meminta kasus ini diusut hingga tuntas. Orang yang melakukan
kekerasan harus ditindak tegas. Beda halnya dengan di tempat-tempat lain, di
mana para pejabatnya mendiamkan saja kejadian intoleransi. Bahkan, kabar-kabar
dari dunia gosip di bawah tanah sana, banyak juga kepala pemerintahan yang
bersekongkol dengan para pelaku intoleransi itu. Semoga kebaikan dan tenggang
rasa sebagai sesama manusia tetap ada dan terus bertumbuh di negeri ini. {ST}