Saya
sengaja membaca sebuah buku tentang kelinci. Kelinci adalah makhluk lucu yang
sudah beberapa kali membuat saya kagum dengan kelucuannya. Saya juga menganggap
kelinci memiliki karakter tertentu. Itu mungkin karena pengaruh kelinci biru
yang menjadi tokoh di majalah anak tempat saya numpang berkarya.
Buku
yang saya pinjam itu berasal dari perpustakaan GKI Kwitang. Buku itu sebenarnya
lebih tepat dibaca oleh masyarakat pedesaan yang memiliki pilihan untuk
beternak kelinci. Saya adalah peminjam pertama buku itu. Saya rasa wajar saja
bila jemaat di tengah kota Jakarta tidak ada yang tertarik dengan cara budidaya
kelinci.
Dalam
buku itu dijelaskan tentang macam kelinci, pemeliharaannya, cara merawatnya,
dan juga bagaimana perangainya. Kelinci itu ternyata dapat berkembang biak
sangat cepat. Tak heran kalau keluarga dengan banyak anak sering dikatai
keluarga kelinci.
Bagian
akhir dari buku itu membuat saya agak patah hati. Bagian itu menceritakan
tentang cara memanen kelinci. Ya, di buku itu kelinci dianggap sebagai komoditi
yang bisa dipanen. Kelinci dipelihara untuk diambil dagingnya dan juga
kulitnya. Untuk mendapatkannya tentu saja dengan menghilangkan nyawanya. Di
situlah saya merasa agak baper karena terbawa personifikasi tokoh kelinci di
majalah tempat saya berkarya itu. {ST}