Di
Pulau Sumatra ada bandara besar, yang terbesar kedua di Indonesia, Bandara
Kualanamu namanya. Bandara besar ini dibangun untuk menggantikan Bandara
Polonia yang sudah tidak layak lagi. Bandara yang letaknya 39 km dari pusat
kota Medan ini terletak di Kabupaten Deli Serdang. Bandara baru ini dibuat
dengan fasilitas yang lengkap, mulai ruang tunggu yang nyaman sampai dengan
kereta rel listrik yang menghubungkannya dengan kota Medan.
Awal tahun 2014, saya mendapat
kesempatan untuk pertama kalinya ke Sumatra Utara. Bandara Kualanamu adalah
tempat pertama yang saya injak di pulau ini. Ternyata, saya belum pernah sekalipun
datang ke Pulau Sumatra.
Ketika
pesawat mendarat, saya sudah mengagumi bandara ini. Apronnya sangat luas.
Landas pacunya mulus. Fasilitas lainnya juga terlihat bersih. Kekaguman itu
berlanjut terus ke terminalnya yang luas dan berpendingin udara. Daerah
pengambilan barang sangat lapang. Para penumpang tidak perlu berdesakan untuk
mendapatkan posisi terbaik mengambil barang.
Tidak Ada Porter
Tidak seperti bandara lainnya di
negeri ini, di bandara ini tidak ada porter. Itu terlihat jelas dari papan penunjuk
yang ditempatkan di beberapa tempat. Selain papan itu, memang tidak ada orang
yang menawarkan untuk membawa barang bawaan. Biasanya hampir selalu ada porter
yang menghampiri ketika melihat ada rombongan yang datang dengan membawa koper.
Saya dan adik saya, yang saat itu
masing-masing membawa 1 koper besar, terpaksa harus mengangkut koper-koper kami
sendiri. Sebenarnya, cukup mudah untuk memindahkan koper-koper itu jika jalanan
rata. Tinggal diseret, maka roda di bagian bawah koper akan membantu memudahkan
memindahkan koper.
Keluar dari bandara, langsung ada
stasiun kereta, penumpang akan langsung disambut oleh stasiun kereta. Ada 4
buah kereta, masing-masing membawa 4 gerbong, yang akan mengantarkan penumpang
dari dan ke Bandara Kualanamu. Kereta yang dikelola PT Ralink ini menyediakan
transportasi yang cepat. Dari Kualanamu ke Medan dan sebaliknya hanya
memerlukan waktu 35 – 40 menit. Jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan
mengggunakan kendaraan pribadi. Belum lagi ditambah dengan kemacetan di kota
Medan yang sudah mirip Jakarta.
Bagian dalam kereta ini dilengkapi
dengan tempat duduk yang nyaman. Kursinya empuk dan lapang. Kita bisa
menyandarkan atau menegakkan sandaran kursinya. Berselonjor kaki juga bisa
dilakukan di sini. Selain itu ada pula pijakan kaki yang bisa membantu kaki
kita supaya tidak terlalu pegal.
Dalam setiap gerbongnya, ada 2 pintu
masuk. Di dekat pintu masuk itu ada rak untuk menyimpan barang. Kita bisa duduk
dengan tenang sambil memantau barang bawaan kita. Ada 2 sisi tempat duduk yang
saling berhadapan. Kedua sisi itu terbagi di bagian tengah gerbong. Kedua sisi
ini sebenarnya sama nyamannya, hanya ketika kereta berjalan, maka akan ada 1
sisi yang berjalan mundur.
Bagian terminal dari bandara ini
dibuat sangat nyaman dengan pendingin udara. Bangunan besar ini terbagi
beberapa bagian. Ada loket tempat check ini yang luas dan lapang. Ada tempat
makan yang nyaman (tapi mahal). Ada juga toko-toko yang menjual aneka barang.
Yang
menarik buat saya adalah toko yang menjual oleh-oleh khas Medan. Kita tidak
perlu jauh-jauh dan membuang tenaga keliling kota Medan untuk membawa pulang
oleh-oleh. Pengelola toko ini juga bisa mengemas belanjaan kita menjadi mudah
dibawa. Dimasukkan dalam kotak khusus dengan tentengan yang ramah di tangan.
Mereka juga menyediakan alat tulis sebagai penanda supaya kotak-kotak yang
terlihat sama itu tidak tertukar.
Bandara yang terlihat sangat modern
ini tidak lantas menghilangkan budaya khas Indonesia yang beramai-ramai
mengantarkan kerabatnya yang pergi jauh. Di berbagai penjuru bandara bagian
keberangkatan terlihat beberapa kelompok orang yang mengucapkan salam berpisah
kepada keluarganya yang akan pergi. Ada beberapa dari mereka yang berpakaian
sangat sederhana dan berkelakuan seenaknya, serasa seperti di kampung sendiri.
Namun, saya tidak terlalu terganggu melihat kelakuan mereka. Keluarga kami juga
menganut tradisi ini. Itulah Indonesia. {ST}