Saya tersenyum sendiri ketika melihat ke arah kaki keponakan kecil saya. Anak kecil itu terbalik sepatunya. Sepatu kanan ada di kaki kiri, sepatu kiri ada di kaki kanan. Saya tersenyum karena teringat diri saya sendiri. Waktu kecil dulu saya juga sering begitu, terbalik memakai sepatu. Saya bahkan masih ingat tentang hal itu sampai sekarang.
Saya tidak memperbaiki
letak sepatu di kaki keponakan saya itu. Saya biarkan saja ia berjalan-jalan
sampai sadar sendiri kalau sepatunya terbalik. Ternyata dia tidak sadar-sadar.
Orang-orang lain di sekitarnya, orang yang lebih dewasa, juga tidak ada yang
peduli dengan pemakaian sepatu yang terbalik itu.
Dulu, saya punya sepatu
bot berwarna hijau. Sepatu inilah yang sering saya gunakan secara terbalik.
Terus terang, saat itu saya bingung sekali bagaimana cara menentukan sepatu
mana yang kiri dan mana yang kanan.
Seorang sepupu yang sudah jauh lebih besar mengatakan kalau sepatu itu
dibuat melengkung sesuai dengan bentuk kaki kita. Lengkungannya berhadapan ke
arah dalam. Kalau terbalik, maka lengkungannya akan saling memunggungi dan
terlihat mekar. Pelajaran dari sepupu saya itu masih saya ingat sampai
sekarang. Saya masih sering mengamati bentuk sepatu sesaat sebelum memakainya.
Kalau-kalau saja terbalik.
Sempat terpikir mau memberikan nasihat yang sama pada keponakan kecil
saya itu. Namun akhirnya saya tidak melakukannya. Keponakan saya itu masih
berumur 2 tahun, sepertinya masih terlalu kecil. Selain terlalu kecil, nasihat
itu sepertinya malah akan membuat bingung. Sepatu anak kecil sering tidak
terlalu jelas melengkungnya ke arah mana. Bentuknya nyaris bulat. Sepatu bayi
bahkan bentuknya nyaris sama antara kiri dan kanan. {ST}