Jogja
yang selalu akrab dengan seni, kali ini lebih meriah dengan adanya ART|JOG|,
sebuah perhelatan senirupa akbar, yang diikuti oleh banyak seniman dan
menggunakan berbagai macam media. Acara ini diadakan di Taman Budaya
Yogyakarta, ujung Jalan Malioboro yang terkenal itu. Tema yang diangkat tahun
2013 ini adalah “Budaya Maritim”.
Penantian Tak Selalu Membosankan
ART|JOG|2013
saya kunjungi secara tidak sengaja. Kunjungan ini awalnya adalah sebuah
penantian. Tak disangka ternyata penantian yang ini tidaklah membosankan, malah
sangat menyenangkan dan mengesankan.
Di hari Minggu
yang cerah itu, saya terlambat ke gereja. Suatu hal yang jarang terjadi. Kami
merencanakan untuk ikut kebaktian di GKI Gejayan, jam 10 pagi. Kami datang di
waktu yang pas-pasan, bahkan sepertinya agak lewat sedikit dari jam 10. Kami
cukup senang ketika melihat jadwal kebaktian yang tertera di papan adalah 10.15
WIB. Artinya kami belum telat-telat amat.
Namun ternyata kami salah, atau
mungkin lebih tepatnya penunjuk waktu kami yang salah. Ibadah sudah dimulai dan
gedung gereja sangat penuh. Hampir tidak ada tempat duduk yang tersisa.
Akhirnya, kami pun meninggalkan GKI Gejayan dan memutuskan untuk ikut pada
jadwal kebaktian berikutnya, jam 4 sore.
Penantian menuju jam 4 sore kami lewatkan dengan mengunjungi ART|JOG|2013 di Taman Budaya Jogja. Menuju
Taman Budaya Jogja adalah sebuah perjuangan tersendiri. Kemacetan kendaraan di
sekitar lokasi ART|JOG|2013 sudah hampir sama seperti di Jakarta. Bahkan mungkin
lebih parah. Di sini, ada becak dan andong yang menambah padatnya lalu lintas.
Kendaraan-kendaraan yang digerakkan oleh makhluk hidup itu kadang-kadang bergerak
lebih lambat dibandingkan kendaraan bermotor.
Masuk ke Kapal dari Drum
Gedung
yang digunakan untuk pameran ditutupi dengan lembaran-lembaran drum yang
dibentuk seperti dinding kapal. Inilah simbol pertama tentang tema yang bisa
kita lihat dari jauh. Di depan “kapal” dari drum, ada komidi putar dengan aneka
figur. Ada juga buntut paus dari logam. Figur-figur di komidi putar itu digambarkan
melakukan aksi yang menyangkut temanya, budaya maritim. Cukup mengesankan, tapi
juga sedikit menyeramkan. Figur-figurnya mengingatkan pada film horor.
Di
dalam “kapal” drum inilah aneka karya senirupa dipamerkan. Tidak dipungut biaya
alias gratis untuk melihat-lihat pameran ini. Kita cukup menuliskan nama dan
info kontak di buku tamunya. Aturannya juga cukup mudah terdengar, boleh
memotret sebanyak-banyaknya tapi tidak boleh menyentuh karya seni. Belakangan baru terasa susah ketika penasaran maumenyentuh karya yang dipamerkan.
Keajaiban yang Mengesankan
Karya
perdana yang saya lihat sudah membuat saya terkesan. Mungkin karena karyanya
berbentuk daun. Beberapa kali saya mengambil foto karya berupa patung ini,
tentu saja dengan saya sendiri sebagai modelnya.
Perjalanan
berikutnya, lebih mengesankan lagi. Karya-karya dengan aneka media itu
benar-benar menakjubkan. Bisa-bisanya para seniman itu punya pikiran dan
mewujudkannya dalam karyanya. “Aha, ini pasti maksudnya….”, “Wah, kok bisa,
ya?”. Itu adalah beberapa komentar saya yang spontan terucap ketika menatap
bengong melihat karya-karya yang dipamerkan. Bukan hanya karena indah, tapi
juga karena aneh dan…seru. Ada juga, sih, yang kurang saya mengerti maksudnya
apa.
The Three Donoraurus yang Seru!
Menurut
saya, karya paling seru adalah yang ini. The Three Donoraurus. Karya Mas Dono
(sok kenal aja) mengingatkan pada the three musketeers sekaligus juga pada
dinosaurus. Karya ini tidak hanya untuk dilihat-lihat, tapi juga didengarkan
dan diinjak-injak.
Beneran, lho, diinjaknya. Dengan menginjak sebuah pedal,
maka para donoraurus pun beraksi.
Video dan Audio
Ada
pula beberapa karya video dan audio. Karya-karya ini dipamerkan dalam bilik “bioskop”
tersendiri. Selain untuk mengagumi karyanya, bilik-bilik ini juga bisa
digunakan untuk mengistirahatkan kaki. Duduk-duduk sejenak sambil menikmati dan
mencoba mengartikan karya yang disajikan.
Ketika
lelah dan ngantuk datang menghampiri, kami akhirnya meninggalkan tempat pameran.
Pameran senirupa yang mengesankan. Suatu hari nanti, kalau perhelatan seperti
ini diadakan lagi, saya pasti akan datang lagi. {ST}