Dalam
keseharian, saya sering membawa selendang. Bagi beberapa orang, penyebutan kata
“selendang” sering dianggap kuno seperti nenek-nenek. Kain yang biasanya
disampirkan di bahu itu juga disebut syal, scarf, dll. Dan kalau mau tahu
bedanya apa? Lebih baik tidak mencarinya di blog ini, karena sang pemilik blog
tidak tahu bedanya. Yang jelas, saya menamakannya selendang.
Selendang
yang saya bawa, biasanya selalu saya padukan dengan pakaian yang saya gunakan.
Berpadu juga dengan anting-anting yang biasanya saya rangkai sendiri. Selendang
yang matching memang menjadi salah
satu penampilan “gaya” versi saya. Selain selendang milik sendiri, saya juga
sering meminjam selendang milik penghuni lain di rumah kami.
Selendang ini
tidak hanya sebagai pelengkap penampilan, tapi juga ada guna yang lain. Buat
saya yang tidak terlalu tahan dingin, selendang ini bisa digunakan untuk
selimutan, atau sekedar untuk dililitkan di leher. Saat di terik matahari,
selendang juga bisa dijadikan kerudung. Selendang juga bisa digunakan untuk
mengelap tangan kalau habis cuci tangan dan tidak ada tempat mepernya, hehehe… {ST}