Assalamualaikum
adalah salam yang umum terdengar. Sapaan ini, selain untuk mengucapkan salam,
juga menunjukkan sopan santun. Sapaan ini sering menjadi pembuka percakapan.
Tidak hanya percakapan yang terjadi secara langsung, tapi juga secara tertulis.
Menurut saya,
salam ini adalah sapaan yang netral, boleh diucapkan oleh siapa saja, bukan
milik golongan, agama atau suku tertentu. Namun, dalam kenyataannya, sapaan ini
lebih didentikkan kepada suatu agama tertentu yang tidak saya anut. Karena itu,
saya jarang menggunakannya.
Dengan maraknya
komunikasi dengan teks seperti sekarang ini, cukup banyak pula kata-kata yang
disingkat, dan singkatannya dapat dimengerti secara umum. Singkatan itu tidak
ada di kamus, namun kebanyakan orang dapat memahaminya. Misalnya saja Titi DJ
untuk hati-hati di jalan, pamer paha untuk padat merayap tanpa harapan, dll.
Naskah kiriman
anak-anak yang sering saya baca, juga sering memuat singkatan-singkatan seperti
itu. Salah satu kata yang paling sering disingkat adalah sapaan “Assalamualaikum”
itu. Parahnya, singkatannya adalah “ass”. Sebuah kata yang bila diartikan dalam
bahasa Inggris, kok, rasanya tidak patut sebagai pembuka percakapan yang sopan.
Biasanya, saya menyediakan waktu yang cukup untuk memperbaiki kata ini. Pasti
maksudnya bukan untuk menyumpahi ataupun meledek.
Penggunaan “ass”
sebagai salam itu tidak hanya terjadi pada anak-anak. Dalam SMS-SMS promosi
yang sering saya terima, salam pembuka “ass” juga sering saya temukan. SMS
seperti ini tentunya dikirim oleh orang dewasa yang sudah bekerja. Mungkin
karena menghemat space dalam SMS,
maka salam pembuka itu disingkat menjadi kata lain yang kebetulan berarti “bokong”.
{ST}