Buah bersisik
yang dijajakan di pasar di Kota Sukamara itu menarik perhatian saya. Buah itu
bentuknya mirip salak, hanya saja ukurannya lebih kecil dan warnanya pucat.
Sang penjual yang melihat saya melihat ke dagangannya langsung beraksi. Ia
menawarkan buah itu kepada saya untuk dicoba.
“Buah
asem marem,” katanya sambil menyodorkan buah yang sudah dikupas.
“Asam
sekali itu,” ujar orang lainnya.
Saya
yang penasaran segera mengambil buah yang bentuknya mirip salak itu. Saya
memakannya dengan ragu-ragu karena sudah mendapat peringatan bahwa rasanya
asam. Ternyata benar, buah itu sangat asam. Saya sampai melepehnya keluar
karena tidak tahan. Asamnya sampai membuat gigi ngilu.
Rasa
asamnya yang keterlaluan justru membuat saya tertarik. Saya pun bertanya-tanya
tentang buah itu. Buah super asam itu ternyata buah yang cukup langka. Langka
yang menjual maksudnya. Biasanya buah itu hanya dibuang saja karena rasanya
yang luar biasa asam. Hanya perempuan-perempuan ngidam yang mau membeli buah
ini.
Buah
yang bentuknya mirip salak itu pohonnya pun mirip pohon salak. Pohonnya tumbuh
liar di hutan. Semua orang yang datang ke hutan boleh mengambilnya dengan
bebas. Penjual buah yang saya temui di pasar itu pun mengambilnya dengan bebas
tanpa harus membayar. Dapat dikatakan itu semacam percobaan iseng. Siapa tahu
ada yang mau membelinya. Sampai saat itu belum ada yang membeli buah super asam
itu. Saya juga tidak mau membelinya. {ST}