Saya sebenarnya sudah
bisa membaca sejak usia 5 tahun, saat duduk di TK. Saya bisa karena tertarik
dengan apa yang kakak saya pelajari. Kakak saya, yang umurnya terpaut 2 tahun
dengan saya, sudah lebih dulu sekolah di SD. Hampir setiap malam dia
mendapatkan PR tentang membaca. Mamah membantunya mengerjakan PR itu dan saya
ikut-ikutan di dekatnya. Sejak saat itu, saya sudah mulai tertarik dan suka
membaca. Kesukaan itu masih awet sampai saat ini.
Memasuki sekolah dasar,
barulah dimulai pelajaran membaca yang sebenarnya. Saya sangat senang karena
hampir semua pelajaran membaca sudah bisa saya mengerti. Namun, bukan berarti
saya tidak belajar. Saya tetap belajar, diajar oleh seorang guru ramah yang
baik hati. Namanya Bu Abel.
Kesan saya tentang Bu
Abel sangat baik. Saya yang agak pendiam memang jarang ngomong, apalagi sama
guru. Selain takut, ada juga rasa segan. Namun Bu Abel tidak terlalu
menakutkan. Dia ramah dan sepertinya senang berbicara dengan saya yang sudah
bisa membaca. Bu Abel juga tetap ramah pada teman-teman yang belum bisa
membaca.
Kalau ada yang menanyakan
siapakan guru yang mengajar saya membaca, saya sering menjawab dengan namanya,
Bu Abel. Pelajaran membaca yang saya dapatkan dari nguping kakak saya membuat
PR, bisa dikatakan sebagai mengeja. Untuk membaca secara keseluruhan, Bu
Abel-lah orangnya yang mengajarkan. {ST}