Ana

Tampilkan postingan dengan label Rumput laut. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumput laut. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Juni 2016

Penghasil Rumput Laut Terbesar di Dunia




            Indonesia adalah penghasil rumput laut terbesar di dunia. Saya baru mengetahuinya ketika membaca berita tentang ini di koran. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar saja mengingat lautan Indonesia yang sangat luas. Rumput laut bahkan dapat tumbuh bebas tanpa harus diurus.
            Seperti juga komoditi lainnya, perlu penanganan khusus supaya rumput laut dapat memakmurkan rakyat. Nah, di sinilah masalahnya. Rumput laut yang melimpah itu belum banyak yang bisa diolah di negeri kita. Negara lain lebih banyak memanfaatkan sumber daya dari negeri kita.
            Setahu saya, sebagian besar rumput laut digunakan sebagai bahan pembuat agar-agar. Sebagian lainnya menjadi nori, si rumput laut kering gurih. Sebagian kecil menjadi peyek. Ya, peyek rumput laut beneran ada, lo.
            Rumput laut adalah salah satu sumber makanan yang bergizi. Rumput laut mengandung banyak serat yang baik bagi pencernaan. Selain itu, rasanya enak. Sebenarnya makanan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Semoga saja ke depannya makin banyak orang yang mau mengembangkan rumput laut dan olahannya. Mungkin saja suatu saat nanti pamor rumput laut akan naik daun dan menjadi tren. {ST}

Baca juga:

Selasa, 13 Mei 2014

Peyek Rumput Laut




            Ada yang berbeda di Pantai Indrayanti. Di pantai ini, ada penjual peyek rumput laut. Peyek ini sudah dibungkus dalam kantong plastik kecil dan dijajakan berkeliling. Ibu-ibu penjual peyek ini membawanya dalam kotak asongan berbarengan dengan dagangan lainnya, makanan ringan juga. Ada kerupuk, keripik dan peyek jenis lainnya.



            Peyek ini berwarna hijau. Berasal dari rumput laut yang asli dari laut sekitar situ. Peyek ini mungkin juga cocok disebut keripik, karena bahan rumput lautnya lebih banyak dari tepungnya. Peyek-peyek lain yang saya kenal, bahan tepungnya lebih banyak dari bahan yang menjadi identitasnya. Misalnya peyek kacang tanah atau kacang hijau. Kacang-kacang itu ada di antara tepung yang mengeras karena digoreng.
            Peyek rumput laut ini menarik perhatian saya. Selain karena saya memang penggemar rumput laut, saya juga baru kali ini menemukan rumput laut yang bisa diolah menjadi makanan seperti itu. Saya pun membeli beberapa bungkus peyek dari seorang ibu pedagang.

            Sebenarnya, saya hanya berniat membeli 1 bungkus untuk saya nikmati sendiri. Saya berubah pikiran ketika ibu penjaja peyek itu menyebutkan harganya. Harga per bungkusnya hanya Rp. 2000. Tanpa menawar lebih lanjut, saya langsung membeli 5 bungkus. Saat itu, saya tahu, kalaupun saya menawar lebih murah, Rp. 10.000 untuk 6 bungkus misalnya, ibu penjual pasti akan memberikan. Namun saya mengurungkan niat itu. Rp. 2000 sudah cukup murah. Itu adalah uang untuk pengganti bahan, tenaga dan waktu untuk ibu penjaja itu. Rasanya, kok, kelewatan kalau harus menawar harga lagi.
            Peyek rumput laut ini rasanya agak hambar, sedikit gurih. Awalnya, saya menebak rasanya akan seperti nori. Tebakan ini agak sedikit meleset. Rasanya garing, keriuk-keriuk seperti kerupuk. Lima bungkus peyek yang saya beli itu akhirnya menjadi oleh-oleh yang saya bawa pulang ke Jakarta. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini