Troli
alias kereta dorong, biasanya sering ditemui di supermarket ataupun hypermarket. Troli ini sengaja
disediakan untuk memudahkan orang yang akan berbelanja. Beban yang ditaruh di
troli tentu saja akan terasa lebih ringan dibandingkan dengan mengangkatnya
sendiri. Tak heran, troli adalah alat bantu yang cukup diandalkan bagi omset
toko.
Troli
yang ada di supermarket, walaupun digunakan secara gratis, pengadaannya
tidaklah gratis. Harga sebuah troli cukup mahal. Harga itu tidak hanya saat
membelinya, perawatannya pun memerlukan biaya. Biaya minimal yang harus
dikeluarkan adalah untuk kebersihannya. Makin bersih troli, pelanggan akan
makin tertarik menggunakannya.
Karena
kedudukannya yang cukup penting demi mendatangkan omset, troli selalu menjadi
perhatian bagi setiap manajer toko (yang kerjanya benar tentu saja). Hampir
setiap hari, troli-troli yang ada dicek keberadaanya. Troli dihitung, cek
fisiknya dan juga kebersihannya. Bahkan, untuk toko yang cukup besar, ada
petugas yang khusus mengurusi troli, the
trolley boys.
Dari
pengalaman saya berkeliaran di toko retail selama bertahun-tahun, ternyata
cukup banyak troli yang hilang. Kadang, bahkan hilang tanpa jejak. Troli-troli
itu kabarnya banyak dicuri oleh orang-orang yang tak punya rumah (tunawisma).
Dulunya, saya berpikir, mungkin pikiran itu bisa muncul karena terlalu banyak
terpengaruh film-film dari Amerika. Di film-film tersebut, cukup banyak
ditunjukkan tunawisma yang menggunakan troli. Saya sendiri, hampir tidak pernah
melihat hal yang seperti itu di negeri kita.
Sampai
akhirnya suatu kali saat saya berjalan menyusuri jalan di sekitar rumah, saya
menemukan troli yang sedang “parkir” di pinggir jalan. Saya mengamati troli ini
lebih dekat, dan akhirnya mengenali ciri-ciri dari sebuah toko, tepatnya tempat
saya saya dulu pernah turut berkarya. Troli ini digunakan sebagai alat untuk
berjualan kopi keliling. Semoga, di toko tempat troli ini tercatat sebagai
aset, omsetnya cukup besar untuk menutupi kerugian akibat troli yang hilang.
{ST}