Sudah 2 hari ini saya mampir ke toko
swalayan di pinggir jalan. Selain untuk membeli sesuatu, saya juga menanti
terurainya kemacetan jalanan. Setelah membeli makanan dan minuman, saya duduk
di depan toko sambil mengamati jalanan.
Pada kedua tempat ini, ada 2 hal
yang sama. Pertama, jalan di depannya dipadati kendaraan. Kedua, di tempat itu
ada beberapa orang remaja yang bertugas sebagai juru parkir. Hmmm… Tepatnya
juru parkir liar. Kehadiran mereka menarik perhatian saya.
Juru parkir liar di kedua tempat itu
tidak hanya 1 orang. Mereka berkelompok. Di tempat yang pertama kali saya
datangi bahkan mencapai 6 orang. Sepertinya ada ketua gengnya. Ketua geng ini
yang memberi perintah siapa yang akan membuka jalan dan memungut uang parkir.
Kalau dilihat dari usianya, mereka
sepertinya masih berusia belasan tahun. Usia yang seharusnya masih duduk di
bangku sekolah. Saat itu masih pagi hari, mereka sudah menjadi juru parkir liar
dan tidak ada tanda-tanda kalau mereka sekolah. Tidak perlu pengamatan lebih
lama untuk menduga kalau mereka putus sekolah.
Terus terang saya prihatin melihat
mereka. Sambil duduk-duduk makan roti, saya memikirkan apa yang bisa membuat
mereka lebih berguna. Dengan keadaan saya yang sekarang, saya memang nyaris
tidak berbuat apa-apa. Keterbatasan saya juga membuat saya tidak bisa
memikirkan solusi terbaik untuk mereka.
Mereka memang mendapatkan
penghasilan dengan menjadi juru parkir liar. Namun pendapatan itu tidak
seberapa. Tidak cukup untuk hidup layak, apalagi di kota seperti Jakarta ini.
Penghasilan itu pun tidak tetap, tergantung pada jumlah orang yang parkir dan
berkenan memberikan uang kepada mereka. Kadang-kadang, ada juga orang yang
tidak mau memberikan uang parkir. Saya juga pernah seperti itu karena
memberikan uang parkir berarti mengakui profesi mereka sebagai juru parkir
liar.
Menurut saya, para remaja itu harus
dibuat sibuk untuk menyalurkan energi mereka. Hampir semua remaja di segala
abad dan tempat adalah pemberontak. Bila tidak diarahkan dengan baik, mereka
akan menjadi perusak lingkungan, atau malah merusak dirinya sendiri.
Yeah… Seperti
yang saya sebutkan sebelumnya, saya memang belum punya solusi nyata untuk hal
ini. Namun hal ini tetap menjadi pemikiran saya. Semoga saja di masa depan saya
dapat memberdayakan anak-anak dan remaja negeri ini sehingga mereka tidak
menyia-nyiakan hidup menjadi juru parkir liar yang ilegal. Mungkin saya tidak
sendiri. Sepertinya memang tidak sanggup juga kalau sendiri. Saya harus
bergabung dengan pihak-pihak lain yang peduli. {ST}