Beberapa hari menjelang Natal, keluarga kami sudah sibuk
dengan aneka persiapan. Persiapan paling utama adalah persiapan dapur. Kami,
yang terdiri dari 3 orang anak dan seorang ibu, pergi ke pasar untuk membeli
bahan-bahan makanan.
Untuk menyambut peristiwa luar biasa ini, kami pun
menyiapkan makanan yang luar biasa pula. Mamah, sang bos dapur, akan menyiapkan
rawon andalannya. Maka, kami pun membeli daging ke pasar. Selain rawon, Mamah
juga berencana memasak ayam goreng sebagai sajian pelengkap di meja makan rumah
kami. Maka, ayam juga menjadi bagian dalam daftar belanjaan kami.
Dengan penuh semangat, kami pergi ke pasar dengan membawa
bakul-bakul kosong. Kami menyusuri lorong-lorong becek di Pasar Pahandut.
Sedikit demi sedikit, bakul kami terisi dan makin bertambah berat. Akhirnya,
kami memang merasa keberatan dengan beban itu.
Untuk bakul berisi ayam dan tulangan, bahkan harus
diangkut oleh 2 orang. Saya kebagian mengangkat bakul berisi timun, tulangan
dan sayuran. Bebannya cukup berat, namun masih bisa saya atasi. Kami bertiga
saat itu merasakan kesetaraan dengan para kuli angkut di pasar. Rupanya
beginilah beban yang mereka rasakan sehari-harinya.
Setelah selesai berbelanja, kami pun pulang dengan lega.
Kami beristirahat sejenak sebelum melakukan proses berikutnya untuk bahan-bahan
makanan itu. Proses yang sebagian besar dilakukan di dapur. {ST}