Pakaian
tradisional wanita Jawa dilengkapi dengan sanggul. Sanggul itu diletakkan di
bagian kepala sebelah belakang. Sanggul alias gelungan rambut itu umumnya
berukuran besar. Orang-orang yang tidak terlalu paham maknanya seperti saya ini
agak malas menggunakannya.
Sejak
kecil saya memang tidak suka memakai sanggul karena ribet. Sanggul juga
mengesankan eyang-eyang banget. Yang ibu-ibu banget saja saya sudah malas,
apalagi yang eyang-eyang banget. Setiap ada acara yang mengharuskan saya
menggunakan sanggul, saya selalu berusaha mencegahnya. Saya beruntung memiliki
rambut tebal dan mengembang yang bisa ditata menjadi sanggul, sehingga saya
sering terlepas dari membawa beban sanggul yang berat.
Menurut
almarhumah Eyang, sanggul besar adalah tanda kecantikan dan keanggunan. Sanggul
besar itu dulunya banget dibuat dari rambut asli yang panjang. Makin tebal dan
makin panjang rembutnya artinya makin keren. Rambut tebal yang panjang akan
membentuk sanggul besar saat digelung.
Dengan
berjalannya waktu, sanggul tidak lagi dibuat dari rambut asli pemakainya.
Sanggul itu dibuat terpisah. Bahannya menggunakan rambut manusia asli. Ada juga
yang menggunakan serta rambut palsu. Sanggul itu ditempelkan ke kepala dengan
jepit-jepit rambut saat memakainya.
Saat
ini sanggul sudah menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Saat kebaya
beralih menjadi pakaian nasional, sanggul pun menjadi gaya nasional. Ibu-ibu di
mana-mana sering terlihat bersanggul.
Harus diakui, orang
yang besanggul memang terlihat lebih anggun. Pengorbanan dengan menjadi anggun
dengan membawa beban di kepala tidak menjadi halangan. Yang menjadi penghalang
adalah budaya asing yang tiba-tiba masuk dan ingin menghilangkan sanggul dari
budaya Indonesia. {ST}