GKI Kwitang juga turut merayakan hari jadi Republik Indonesia dengan
mengadakan kebaktian syukur. Kebaktian ini berlangsung tanggal 17 Agustus 2013,
pukul 17.00 WIB. Tempatnya tentu saja di GKI Kwitang, cagar budaya yang
berlokasi di Jl. Kwitang nomor 28 itu.
Seperti juga
di tempat lainnya di negeri ini, dekorasi didominasi oleh warna merah putih,
warna bendera RI. Warna merah putih juga menjadi dresscode bagi jemaat dan panitia yang bertugas. Merah putih makin
terlihat ketika jemaat mengibar-ngibarkan bendera kecil berwarna merah putih.
Mayjen TNI (Purn) Darpito Pudyastungkoro
Perayaan di
GKI Kwitang ini dihadiri pula oleh Mayjen TNI (Purn) Darpito Pudyastungkoro.
Beliau tidak datang sebagai inspektur upacara, tetapi sebagai pembicara. Dalam
kesempatan ini, Pak Darpito akan membagikan pengalamannya sebagai pengikut
Kristus dan menggantungkan iman serta harapannya pada janji Kristus.
Sebagai
pembuka renungannya, mantan Pangdam Jaya ini membagikan pengalamannya saat
diselamatkan dari ranjau anti personil. Pengalaman ini disampaikan tidak hanya
dengan omongan, tetapi juga dengan gambaran dan bunyi ranjau menggelegar. Bunyi
yang mengagetkan banyak orang termasuk saya.
Reaksi Sumbu Cepat
Pak Darpito
mengingatkan kita untuk tidak selalu menanggapi sesuatu dengan reaksi sumbu
cepat. Reaksi yang dianalogikan dengan bahan peledak di medan perang. Bila
sumbu sudah dibakar, harus cepat-cepat lari dan berlindung karena tak lama
kemudian bom akan meledak. Reaksi yang bila dimanusiakan berarti reaksi yang
hanya berdasarkan perasaan tanpa pertimbangan, pemikiran dan iman.
Suara Hati Nurani
Nah, reaksi
sumbu cepat dapat dikurangi bahkan dihindari dengan mengandalkan suara hati
nurani. Tuhan telah membekali kita dengan suara hati nurani untuk tetap
berjalan di jalan yang benar. Suara hati nurani ini juga adalah suara Tuhan
bila kita memiliki hubungan kasih yang mesra dengan Tuhan. Hendaknya kita selalu
hidup dalam iman dan kasih kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
Iman membawa
kita ke surga. Kasih membawa surga ke dalam kehidupan kita. Dengan selalu hidup
dalam iman dan kasih, kita akan dimampukan untuk selalu bersyukur dan menjadi
berkat. Rencana besar Tuhan yang tidak kita mengerti, membuat kita mengimani
bahwa apa yang kita alami saat ini semata-mata untuk kebaikan.
Cerita Salib
Lambang
salib adalah simbol kasih paling besar sepanjang sejarah. Simbol salib, yang
memiliki arah vertikal dan horisontal, adalah panduan kita dalam menjalani
kehidupan. Garis vertikal melambangkan hubungan kita dengan Tuhan. Garis
horisontal melambangkan hubungan kita dengan sesama. Pak Darpito mengingatkan
tentang salib dengan menunjukkan salib sebesar telapak tangan yang dibawanya.
Bernyanyi Bersama Tulang Rusuk
Selain bersaksi dengan berbicara, Pak
Darpito juga memberi kesaksian dengan bernyanyi. Beliau menyanyikan lagu yang
dia aransemen sendiri. Lagu ini dia nyanyikan dengan berduet bersama istrinya,
tulang rusuknya yang cantik, Ibu Tinuk. Kecantikan Ibu Tinuk ini bahkan membuat
beberapa teman pemuda terpesona. Tentu saja mereka hanya berani melihat dari jauh.
Lagu gubahan Pak Darpito ini berisi
permohonan dan doa untuk memberkati negeri kita ini. Lagu ini juga dirangkaikan
dengan lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan mengajak jemaat bernyanyi.
“Melambai-lambai, nyiur di pantai, berbisik-bisik, raja
kelana….”
Lagu Indonesia Raya
Setelah
ibadah selesai, Bpk. C. Akwan memimpin jemaat untuk menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Lagu kebangsaan ini membuat gedung gereja bergetar dan semoga saja
menggetarkan semua jiwa yang menyanyikannya. Lagu yang seringnya hanya dinyanyikan pada peringatan hari kemerdekaan itu, kadang-kadang liriknya sering terlupakan, bahkan oleh pejabat tinggi negeri ini.
“Hiduplah Indonesia rayaaa….”
Potong Kuenya
Seperti juga
perayaan ulang tahun di seluruh bumi, di perayaan ini juga ada acara potong
kue. Padahal rencana awalnya, yang dipotong bukanlah kue, tapi tumpeng jajanan
pasar khas Indonesia. Pnt. Iwan Sudjiwanto sebagai ketua MJ GKI Kwitang, adalah
orang yang bertugas memotong kue. Kue yang sudah dipotong akan diberikan kepada
pendeta emeritus, pendeta yang masih aktif melayani, Bpk. Darpito sebagai pembicara.
Saya bertugas sebagai asisten tukang
potong kue. Ini sebenarnya prestasi yang cukup membanggakan bagi saya. Selama
ini, saya bukanlah orang yang rapi dalam urusan potong memotong kue. Di rumah
kami, yang ada 3 orang anak perempuan, sayalah juara bontot dalam hal kerapian memotong
kue. Hampir tidak pernah saya mendapat kepercayaan untuk memotong kue di
acara-acara keluarga. Tak heran, saya agak deg-degan memotong kue di acara ini.
Buku Sejarah Kwitang dan Alkitab Loreng
Sebagai
kenang-kenangan dan tanda terima kasih, MJ GKI Kwitang dan Panitia memberikan
kenang-kenangan berupa buku yang menjadi bagian dari sejarah GKI Kwitang.
Kenang-kenangan ini diberikan oleh Pnt. Dicky Setiabudi, ketua MJ GKI Kwitang.
Ternyata,
Bpk. Darpito juga punya kenang-kenangan untuk MJ GKI Kwitang. Secara khusus dia
menyerahkannya ke Pak Dicky. Kenang-kenangan itu berupa Alkitab dengan sampul
loreng khas tentara. Lebih khas lagi, ada lambang 2 bintang di sampulnya.
Lambang ini sebagai simbol bahwa Alkitab ini diberikan oleh seorang jendral
berbintang 2.
Pengisi Acara
Kemeriahan
acara HUT RI di GKI Kwitang ini tak akan lengkap tanpa pengisi acara. Yang
menjadi pengisi acara adalah beberapa paduan suara yang ada di GKI Kwitang,
yaitu: PS Jemaat, PS Sangkakala, PS Lansia, PS Pos Cililitan, PS Serafim dari
Jatimurni, PS Dorkas. Anak-anak dari Panti Asuhan Dorkas juga memainkan
angklung untuk melengkapi kemeriahan acara ini.
Pohon Pucuk Merah
Untuk
memperingati HUT GKI Kwitang dan HUT RI tahun ini, Panitia mengadakan acara
“Adopsi Pohon”. Bibit-bibit pohon pucuk merah ini dibagikan mulai tanggal 11
Agustus 2013. Jemaat yang mengambil dimint auntuk merawatnya dan membawanya
kembali pada masa Adven, menjelang Natal. Malam itu, saya mengambil 2 pohon.
Satu pohon untuk saya pelihara, 1 pohon lagi titipan seorang teman. {ST}
Ayat renungan: Kis 24:16; Maz 18: 33-35; 2 Kor 5:17; Rom 12:
19-21; Yoh 8: 31-32; Ams 3: 5-6; Luk 4:19.