Hari
Rabu tanggal 11 September 2019 ada kabar duka bagi bangsa Indonesia. Bapak B.J.
Habibie wafat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Presiden RI yang ketiga itu
wafat pada usia 83 tahun. Usia yang cukup panjang untuk ukuran manusia normal.
Pak Habibie wafat pada pukul 18.05 WIB.
Banyak
orang yang merasa kehilangan atas wafatnya Pak Habibie. Saya juga merasa
kehilangan walaupun tidak kenal secara pribadi. Saya mengagumi karya-karyanya
dan juga komitmennya dalam kehidupan.
Pak
Habibie yang dikaruniai kecerdasan itu pernah mendapatkan kehidupan yang nyaman
di Jerman. Namun, ia memilih pulang untuk membangun bangsanya. Di Indonesia ia
mengembangkan teknologi, terutama penerbangan. Memiliki pesawat sendiri memang
menjadi salah satu solusi untuk menyatukan negara kepulauan seperti Indonesia
ini.
Komitmennya
membangun negeri melalui teknologi itu tidak berhenti walaupun ia sudah tidak
lagi menajdi pejabat publik. Pak Habibie masih terus menyebarkan kesadaran
teknologi dan inovasi dengan berbagai cara. Saya pernah menghadiri beberapa
acara yang digagas oleh Pak Habibie. Saya juga pernah menghadiri acara yang
dihadiri oleh Pak Habibie. Saat itu usianya sudah tidak muda lagi, tetapi ia
tetap menyampaikan pendapatnya dengan bersemangat.
Komitmen
Pak Habibie yang membuat banyak orang kagum adalah kesetiaannya pada istrinya,
Bu Ainun. Pasangan ini terkenal saling mencintai dan menghargai sepanjang
pernikahan mereka. Kisah cinta mereka adalah panutan bagi banyak orang dan
pasangan, termasuk saya. Kisah cinta mereka telah dijadikan buku dan film.
Prestasi
tertinggi Pak Habibie di negeri ini adalah menjadi presiden. Ia menjadi
presiden ketiga menggantikan Pak Harto yang memerintah selama 32 tahun. Jabatan
presiden ini diemban oleh Pak Habibie karena Pak Harto terpaksa mengundurkan
diri. Pak Habibie yang saat itu berjabatan sebagai wakil presiden yang
menggantikannya. Dari beberapa informasi yang saya baca, Pak Habibie tidak
terlalu berobsesi dengan jabatan presiden itu.
Pak
Habibie dikenal dengan nama akrab Rudy, yang diambil dari nama Bacharudin. Nama
ini pernah menjadi tokoh dalam cerita serial yang saya buat. Saat itu saya
kebingungan mencari nama tokoh yang mudah disebut, mudah diingat, dan tidak
terlalu rumit. Saya memilih nama Rudi untuk tokoh anak laki-laki. Sedangkan
untuk nama tokoh anak perempuan kembarannya saya beri nama Runi. Nama itu saya
sematkan pada tokoh karangan saya itu sepulang dari pertemuan tentang teknologi
di mana Pak Habibie juga datang menghadirinya.
Sebelum
wafat, Pak Habibie dirawat di RSPAD Gatot Subroto. Rumah sakit ini memang
menjadi tempat berobat untuk para pejabat termasuk presiden dan mantan presiden
beserta wakil dan keluarganya. Rumah sakit yang saya lalui saat menuju tempat
kerja ini terlihat padat saat Pak Habibie masuk ke RS. Sepertinya banyak orang
yang datang ingin menjenguknya.
Sebelum
dinyatakan secara resmi telah meninggal, beredar kabar tentang wafatnya Pak
Habibie. Kabar hoaks itu beredar di group-group WhatsApp tanpa diketahui
sumbernya dari mana. Saya sudah keburu sedih waktu mengetahui kabar itu. Lega
rasanya saat tahu kabar itu ternyata tidak benar. Kelegaan itu hanya
berlangsung sesaat karena tak lama kemudian Pak Habibie dinyatakan meninggal
oleh keluarga dan pihak RSPAD.
Selamat
jalan Pak Habibie. Semoga karyanya selama di dunia ini menjadi inspirasi bagi
banyak orang untuk membangun Indonesia dengan berbasis teknologi. Semoga pula
makin banyak pria yang mencintai istrinya seperti Pak Habibie mencintai Bu
Ainun. {ST}