Kunjungan
ke Pondok Gede Permai, sebuah perumahan di pinggir sungai yang diterjang
banjir, membawa banyak kesan dan cerita. Salah satu hal yang paling berkesan
adalah lumpurnya. Lumpur yang berasal dari aliran sungai, tertinggal di daerah
yang digenanginya.
Cukup
banyak warga yang mulai membersihkan rumahnya. Namun, banyak pula yang
membiarkannya saja. Apalagi di rumah yang memang kosong, lumpur memang terlihat
sangat tebal. Bahkan, ada lumpur yang tingginya hampir 1 meter di dalam
bangunan rumah.
Jalan
akses perumahan di pinggir tanggul, tentunya juga tak lepas dari lumpur. Sisi
jalan ini terlihat becek dengan lumpur tebal. Ketika ada seorang yang mencoba
membuka aliran air dengan menggunakan cangkul, saya langsung teringat pada
sawah. Sawah yang siap ditanami tepatnya.
Teringat
pula pada peradaban tepi sungai, yang menggantungkan kemakmurannya pada lumpur
sungai, seperti di tepian Sungai Nil. Saat masyarakat menghidupi dirinya dengan
bercocok tanam, lumpur kiriman bisa dikatakan sebagai berkah. Entahlah saat
ini. Apakah para penghuni Pondok Gede Permai juga bisa mengganggapnya berkah?
Lalu kemudian mereka mulai menanam padi di jalan akses di pinggir tanggul?
Nampaknya tidak, tuh. {ST}