Sampai
saat ini, saya paling terganggu dengan polusi suara. Polusi suara hampir tidak
bisa kita hindari atau cegah. Kita bisa memakai masker untuk mengatasi polusi
udara, meminum air kemasan untuk mengatasi polusi air atau memakai pakaian
khusus radiasi untuk tempat yang terkena polusi radioaktif.
Beda
dengan polusi suara. Kadangkala kita sering terjebak di tempat yang ada
suara-suara yang mengganggu tanpa bisa menghindar. Saya cukup sering terjebak
dalam situasi seperti itu. Hal yang terbaik yang bisa dilakukan adalah
menyesuaikan diri, atau melangkah pergi bila tak tahan lagi.
Yang
termasuk polusi suara bagi saya adalah orang yang mengoceh tanpa henti. Apalagi
kalau yang diocehkan selalu adalah kehebatan dirinya, dan ternyata kita sudah
tahu kalau dia gak hebat-hebat amat. Membual. Singkatnya seperti itu.
Selanjutnya adalah mengomel. Untuk omelan, tampaknya saya sudah berhasil
beradaptasi. Saya sudah hampir seumur hidup mengenal orang yang suka mengomel
dalam setiap kesempatan.
Saya
tidak terlalu terganggu dengan rumah ibadah agama lain yang menggunakan
pengeras suara. Tampaknya saya juga sudah mulai beradaptasi. Kumandang azan
selalu terdengar di sekitar tempat tinggal saya, mulai subuh sampai malam hari.
Satu
hal lagi yang mengganggu bagi saya adalah suara perempuan yang dibuat manja
dengan maksud menggoda. Biasanya dibuat serak dan mendesah-desah. Mungkin suara
seperti itu menyenangkan bagi para pria, namun tidak bagi saya. Rasanya agak
eneg mendengarnya. Saya agak terganggu dan kadang-kadang rasa tidak senang itu
muncul di wajah saya. Daripada saya berbuat tidak sopan dengan menutup telinga,
biasanya saya melangkah pergi menjauh.
Dulunya,
saya juga sering terganggu dengan bunyi klakson kendaraan di tengah kemacetan.
Bagaimana pun bunyi klakson itu dibunyikan, tetap saja tidak dapat mengurai
kemacetan. Malah membuat saya tambah spaning. Saat ini, saya berhasil
mengabaikannya dan tidak menjadi bete ketika ada kendaraan lain yang
membunyikan klaksonnya tanpa henti.
Dalam
sebuah obrolan selagi makan siang, walkman
menjadi topik pembahasan kami. Teknologi walkman yang dibuat oleh Sony, sebuah
perusahaan Jepang itu, ternyata juga berdasar pada pencegahan polusi suara.
Mendengarkan musik bisa dilakukan hanya untuk diri sendiri, tidak mengganggu
orang lain di sekitarnya. Didukung pula dengan tempat tinggal di Jepang yang
semakin padat. Kalaupun tidak padat, sepertinya orang lain juga tetap
mendengarkan apa yang kita dengarkan. Lihat saja sekat rumah seperti di film
Oshin itu, terbuat dari kertas, yang tentunya tidak kedap suara. {ST}