Dalam
rangka merayakan hari jadi GKI Kwitang yang ke-86, tahun ini GKI Kwitang
mengadakan acara yang berbeda. Tidak hanya memberikan atau meminta kepada jemaat
seperti yang dilakukan selama bertahun-tahun ini, kali ini Panitia mengadakan
acara adopsi pohon.
Pohon
yang dipilih adalah pohon pucuk merah. Pohon ini memang sedang terkenal sebagai
pohon hiasan ataupun peneduh jalan. Pucuk daunnya yang merah sering terlihat di
aneka taman, pinggir jalan, bahkan pinggir sungai.
Pohon
pucuk merah yang dibagikan kepada jemaat sebanyak 154 pohon. Angka 154 diambil
dari 86 tahun GKI Kwitang ditambah dengan 68 tahun Republik Indonesia. Hari
jadi GKI Kwitang, tanggal 11 Agustus 2013 memang berdekatan dengan hari jadi
negeri ini. Pohon-pohon ini dibagikan pada hari Minggu di bulan Agustus 2013.
Jemaat diharapkan untuk memeliharanya di rumah. Pohon-pohon itu diharapkan
dapat dibawa kembali pada waktu masa adven menjelang Natal. Pohon-pohon ini
akan dijadikan pohon natal.
Saya
membawa pulang 2 pohon kecil. Satu pohon diambil atas nama saya, satu pohonnya
lagi atas nama teman saya yang saat itu sedang tidak berada di Jakarta. Kedua
pohon itu dengan segera menjadi penghuni halaman depan saya.
Bibit
yang ditanam dalam kantong plastik hitam itu segera dipindahkan ke dalam pot
oleh staf rumah tangga kami. Saya juga lupa memberi tahu kalau pohon kecil itu
kelak akan dikembalikan. Setelah terlanjur dipindahkan, saya juga tidak berniat
untuk memindahkannya kembali ke dalam kantong hitam tempatnya dulu bertumbuh.
Walaupun
mengetahui dengan pasti kapan pohon pucuk merah itu dibawa ke gereja, saya
tetap saja lupa membawanya. Saya baru teringat kembali justru ketika saya tidak
berada di Jakarta. Saat itu, orang-orang yang kurang mendukung program ini
sedang sibuk meledek dan menyalahkan. Yeaahhh…tentu saja mereka hanya berkata-kata
tanpa kasih solusi seperti biasanya. Saat itulah saya baru sadar kalau 2 pohon
kecil yang ada di halaman rumah saya itu seharusnya juga menjadi bagian dari
pohon natal besar.
Selain
orang-orang yang lupa seperti saya, ada juga beberapa kendala lain. Ada yang
mengira kalau pohon itu diberikan sehingga kemudian ditanam di halaman. Ada
yang sudah terlanjur sayang dan enggan mengembalikan. Ada pula yang mati. Mati
ini pun ada kisahnya tersendiri. Ada yang mati kekeringan, ada pula yang mati
karena disiram air pel.
Saat
ini, minggu adven 2 sudah datang. Pohon-pohon kecil itu sudah ditempatkan di
depan gereja dengan menggunakan rak susun berbentuk pohon. Saat ini, rak itu
masih belum penuh. Berkali-kali saya bertanya dalam hati, ke mana sajakan
gerangan ratusan pohon yang dulu pernah dibagikan? Apakah pohon-pohon itu masih
ada dan disayangi oleh orang yang membawanya pulang? Ataukah mereka sudah mati?
Entahlah. Rangkaian pohon itu akan saya ceritakan di blog ini ketika bentuknya
sudah lebih baik dari yang sekarang. {ST}