Suatu
hari, saya mendapat undangan ke sebuah TK. Acara itu berlangsung di pagi hari
dan tidak langsung dimulai saat saya tiba di sana. Saya harus menunggu dulu
selama beberapa saat. Selama menunggu itu saya bercakap-cakap dengan beberapa
anak TK. Ada beberapa anak yang dengan cepat menunjukkan sikap bersahabat.
Saat
sedang asyik mengobrol, saya merasa ingin pipis. Saya pun bertanya kepada
seorang anak perempuan kecil yang menjadi teman baru saya itu.
“Toilet
tempat pipis di mana, ya?” bisik saya.
Anak
perempuan kecil itu tidak langsung menjawab namun raut wajahnya memberi
jawaban. Dia seakan paham kalau urusan toilet adalah urusan pribadi dan
anak-anak cowok tidak harus tahu. Dia menunjuk ke suatu arah sambil berbisik,
“Di sana!”
Tidak
hanya menunjuk dengan telunjuk, dia juga mengantarkan saya ke toilet. Saya
senang sekali saat melihat petunjuk toilet. Kami berdua melangkah bergegas
sampai akhirnya saya berhenti mendadak di depan pintu-pintu toilet yang
berjajar itu. Saya menghentikan langkah karena kaget. Deretan pintu yang
berjajar itu pintunya hanya setengah. Bukan terbuka setengah, lo. Daun pintunya
hanya setengah, di bagian bawahnya. Dengan demikian orang dapat melihat ke
dalam dari bagian atasnya.
Saya
tersenyum sendiri melihat pintu-pintu itu. Pintu model setengah itu memang umum
digunakan di TK. Pintu-pintu seperti itu memungkinkan orang dewasa untuk
mengintip anak kecil yang sedang menggunakan toilet. Anak-anak kecil yang
sedang belajar menggunakan toilet tetap berada sendiri di dalam bilik tertutup
sementara orang dewasa dapat mengawasi dari bagian atasnya.
Saya
jadi teringat pada adik saya bertahun-tahun yang lalu saat dia masih TK. Toilet
di TK tempat adik saya sekoalh ini juga daun pintunya hanya setengah. Beda usia
kami 6 tahun. Saat dia duduk di TK A, saya sudah kelas 6 SD. Saat itu saya termasuk
anak perempuan yang cukup jangkung. Saya dapat melihat dari bagian atas pintu
toilet itu. Itulah yang saya lakukan saat mengantarkannya pipis. Saya mengintip
dari bagian atas pintu he he he…
Daun
pintu yang ukurannya setengah itu memang tidak masalah jika penggunanya
anak-anak. Berbeda bagi orang dewasa, saat ada orang dewasa di dalamnya, maka
akan terlihat dari luar, terutama saat berdiri. Terlihat saat berada di dalam
toilet bukanlah sesuatu yang sopan bagi orang dewasa seperti saya ini.
“Hmmm…
Dek, kalau guru-guru pipisnya di mana?” tanya saya kepada anak kecil yang
mengantar saya itu.
Jari
kecilnya kemudian menunjuk ke arah lain yang agak jauh. Saya pun mendatangi
arah yang ditunjukkannya itu. Ada sebuah pintu tertutup dengan daun pintu yang utuh.
Saya membukanya dan menemukan ruang toilet di dalamnya. Saya pun segera masuk
ke dalamnya setelah mengucapkan terima kasih kepada anak kecil yang
mengantarkan saya itu.
Toilet
kecil yang berada di pojokan itu memang untuk orang dewasa. Walaupun kecil,
ukurannya masih lebih besar dibandingkan dengan bilik-bilik berpintu setengah
yang sebelumnya saya datangi. {ST}