Pasukan Oranye menjadi pasukan yang
dipuji-puji akhir-akhir ini. Pasukan ini, bukanlah pasukan tentara yang
berbaret oranye. Yang disebut pasukan oranye adalah petugas pembersih di
wilayah DKI Jakarta yang berpakaian warna oranye. Ya, mereka mengenakan kaos,
celana, dan topi oranye. Ada juga yang memakai sepatu boot oranye. Mobil dinas
mereka pun berwarna oranye. Mereka juga membawa alat-alat kebersihan sebagai “senjata”.
Kinerja Pasukan Oranye dapat dilihat
langsung di Jakarta. Sungai dan ruas jalan menjadi lebih bersih. Saya termasuk
yang terkagum-kagum dengan hasil kerja mereka. Saya tahu, tidak mudah
membersihkan kota besar seperti Jakarta. Selain sampahnya memang sudah banyak
dan menumpuk, kebiasaan penduduknya yang suka nyampah juga membuatnya tak kunjung
resik.
Pasukan oranye ini ternyata ada 2
macam. Keduanya sama-sama bertugas untuk bersih-bersih Jakarta. Mereka adalah:
- Pekerja
Sarana dan Prasarana Umum (PPSU), berada di bawah koordinasi Dinas
Kebersihan. Pasukan oranye ini disebar di tiap kelurahan yang ada di Jakarta.
Sepertinya pasukan oranye inilah yang pernah saya lihat di dekat kantor
kelurahan beberapa waktu yang lalu. Mereka berkumpul di kelurahan untuk
mendapatkan pengarahan daerah mana yang akan mereka tuju. PPSU bekerja
membersihkan ruas jalan, tempat pembuangan sampah umum, dan saluran air kecil
alias got.
- Pekerja
Harian Lepas Unit Pengelola Kebersihan Badan Air Dinas Kebersihan. Pasukan
oranye yang lebih dikenal sebagai PHL ini bertugas membersihkan badan air,
yaitu sungat dan danau yang ada di Jakarta. Merekalah yang bertanggung jawab
membersihkan sampah di sungai-sungai Jakarta. Pekerjaan ini awalnya sangat
berat karena sampah-sampah di sungai Jakarta sudah mengendap. Perlahan namun
pasti sungai-sungai di Jakarta menjadi bersih dan tidak berbau lagi.
Pasukan oranye ini kabarnya diupah secara layak. Mereka
mendapatkan gaji Rp 3,1 juta, sedikit di atas UMR. Mereka juga mendapatkan
fasilitas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Bagi anggota pasukan oranye
yang memiliki anak, maka akan mendapatkan KJP. Mereka juga mendapatkan prioritas
untuk tinggal di rumah susun. Fasilitas yang cukup layak ini mungkin juga
membuat mereka lebih semangan bekerja.
Petugas bersih-bersih biasanya tidak mendapatkan upah
sebesar itu. Pada pemerintahan gubernur-gubernur sebelumnya, para petugas
kebersihan ini hanya dibayar beberapa ratus tibu rupiah. Fasilitas yang
diberikan pun sangat minimal. Memberikan upah yang layak membuat pasukan oranye
merasa dihargai. Itu berdampak pada kinerja mereka.
Selain upah yang layak, jam kerja mereka pun telah
ditentukan. Seperti juga pekerja yang bekerja di kantor, mereka bekerja selama
8 jam dan terbagi menjadi 3 shift kerja. Dari artikel yang saya baca, ada
beberapa pasukan oranye yang bekerja lebih dari 8 jam kerja. Kelebihan jam
kerja itu tidak diperhitungkan sebagai lembur. Walaupun demikian, mereka tetap
bekerja sampai selesai. Pekerjaan yang “nanggung” memang sering menjadi beban. Mereka
lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dengan sedikit tambahan waktu daripada
melanjutkan keesokan harinya.
Sebagai warga DKI Jakarta, saya menyambut baik adanya
Pasukan Oranye ini. Pekerjaan mereka tidak mudah. Apalagi tidak semua orang
penghuni Jakarta sadar akan kebersihan. Masih banyak orang yang gemar membuang
sampah sembarangan. Semoga saja kinerja mereka tetap terjaga sehingga kota ini
tetap bersih. {ST}
Baca juga: