Tanpa
sengaja, saya memandang sebuah peta tua di sebuah kantor redaksi majalah tua. Peta ini
bukanlah peta harta karun dalam gulungan, peta ini adalah peta negara kita,
Republik Indonesia. Peta yang biasa terpasang di dinding sekolah. Seperti itu
juga peta yang saya lihat ini, terpasang di dinding.
Sambil
menyeruput kopi susu, saya memandang gambar yang sebenarnya sudah saya kenal
sejak bertahun-tahun yang lalu. Saat itu, saya mengamati daerah tempat saya
tinggal, DKI Jakarta. Selain itu mengamati juga pulau tempat kelahiran saya,
Kalimantan.
Setelah
dipikir-pikir, selama ini saya hanya beredar di sekitar 2 pulau itu, Pulau Jawa
dan Kalimantan. Selebihnya, saya hanya pernah ke Bali dan Sulawesi. Saya bahkan
belum pernah ke Sumatra, pulau tempat asal banyak teman baik saya. Untuk ribuan
pulau lainnya, belum pernah terpikirkan untuk menuju ke sana.
Saat itu saya
berpikir, kok ternyata saya “segitu doang”. Belum ada apa-apanya. Timbul niat
untuk mulai menjelajahi kepulauan ini, Republik Indonesia. Niat itu makin
menjadi-jadi ketika teman-teman lainnya, yang sedang menyeruput kopi juga,
mulai berdatangan mengerubungi si peta tua. Mereka, orang-orang redaksi yang
juga mencintai negeri ini. Bahkan, mereka adalah penulis di rubrik Potret
Negeriku.
“Ke Sumatra yang
dekat aja belum pernah,” tanpa sadar suara hati saya keluar juga, sambil
memandang bagian peta sebelah kiri.
“Ke tempatku
aja, yuk. Mau ikutan? Ke Lampung?” jawaban itu langsung terdengar dari mulut
orang di sebelah saya.
“Mauuu….Mauuuu…”
saya pun bersorak senang. Percakapan itu kemudian berlanjut, tentang transportasi
ke sana, tempat tinggal, dll. Yang kesemuanya itu boleh nebeng (lumayan, kan,
gratisan). Tawaran yang menyenangkan sekali. Tinggal diatur waktu yang pas.
Saat ini, memang
belum kesampaian untuk keliling Indonesia, apalagi keliling dunia. Namun, itu
gak lantas membuat saya bengong-bengong saja menanti kesempatan yang datang.
Jakarta, yang menjadi tempat tinggal saya saat ini, juga penuh dengan cerita
yang menarik. Cerita yang sebagian besar saya tuliskan juga di blog ini.
Mulai saat ini,
dimulailah penghitungan pulau-pulau yang akan menjadi tujuan penjelajahan saya.
Dan tentunya juga akan memberi banayk cerita pada blog ini. Doakan, ya, semoga
kesampaian.
Peta tua itu
saat ini masih tergantung di dinding kantor redaksi majalah tua itu. Tapi
sekarang, saya tidak lagi melihatnya sebagai peta biasa, melainkan peta harta
karun. Harta karun negeriku. {ST}