Setiap
memakan pepaya,
yang dimakan hanya buahnya. Bijinya disingkirkan kemudian dibuang. Biji-bijian
ini banyak yang terbuang di tempat sampah ini banyak yang tumbuh menjadi pohon.
Tanpa
disengaja, pohon-pohon pepaya banyak tumbuh di dekat pembuangan sampah. Saya
sudah mengamatinya sejak kecil dulu, ketika kami tinggal di rumah besar dengan
pekarangan yang luas. Di rumah ini, sampah-sampah organik ditimbun sementara
sampah lainnya dibakar. Kala itu, di kota tempat tinggal saya belum ada sistem
pengelolaan sampah. Warga harus mengelolanya sendiri. Pembakaran sampah tidak
terlalu membuat polusi udara.
Pohon pepaya yang tumbuh di dekat
tempat sampah juga terjadi di rumah kami di Jakarta. Tak jauh dari kotak semen
yang dijadikan tempat penimbunan sampah sementara, ada beberapa pohon pepaya.
Ada sebuah pohon yang bahkan sudah bertumbuh besar.
Seharusnya, saya membersihkan daerah
sampah itu dari pohon dan rumput liar. Namun itu belum saya lakukan. Sepertinya
saya terkagum-kagum pada “semangat juang” si pohon pepaya yang berhasil tumbuh
di lahan yang sulit itu. Gimana enggak sulit, dia tumbuh di tempat sampah yang
terbuat dari semen. {ST}