Nelson
Mandela adalah figur yang luar biasa. Warisannya bagi dunia tidak hanya untuk
keluarganya, tapi juga bagi seluruh isi dunia. Dia mewariskan kebesaran hatinya
dan pemahaman akan kasih kepada manusia. Karena itulah dia akan terus dikenang
walaupun sudah meninggal.
Nelson Mandela adalah seorang
pejuang anti apartheid di Afrika Selatan. Hampir sebagian besar waktu hidupnya
dia gunakan untuk memperjuangkan hak bangsanya, yang dijajah di tanah
kelahirannya sendiri. Ketika Nelson Mandela bertumbuh dewasa, Afrika Selatan
dikuasai oleh minoritas orang Eropa yang berkulit putih. Kaum minoritas ini
menguasai kehidupan orang kulit hitam pribumi yang kebanyakan bekerja kepada
kaum kulit putih.
Kaum kulit putih ini juga menguasai
pemerintahan. Mereka membuat aturan yang kebanyakan hanya menguntungkan
kaumnya. Peraturan-peraturan itu makin lama makin membuat kaum kulit hitam
susah. Kehidupan kaum kulit hitam juga tidak lepas dari kemiskinan yang membaut
mereka tidak mampu menolak kehidupan yang sering kali terasa tanpa pilihan.
Nelson dan kawan-kawannya berusaha
melawan dominasi ini. Pemerintah kulit putih tidak tinggal diam ketika merasa
terancam. Nelson ditangkap dan berkali-kali dipenjarakan. Pemenjaraan yang
terakhir bahkan berlangsung sangat lama, sampai 27 tahun.
Pada saat di penjara, Nelson
mendapat perlakuan yang sama buruknya seperti di luar penjara, bahkan lebih
buruk. Ada kalanya dia dimasukkan dalam sel gelap sepanjang hari dan sendirian
saja. Ada kalanya pula dia digantung terbalik kemudian diolok-olok oleh para
sipir yang kebanyakan berkulit putih. Sipir itu tidak hanya mengolok-olok
dengan menjulurkan lidahnya, tapi juga meludahi dan mengencingi kepalanya.
Bayangkan saja, kepala yang seharusnya menjadi lambang kehormatan diperlakukan
seperti itu.
Setelah 27 tahun dipenjarakan,
pemerintah apartheid terdesak untuk mengeluarkannya dari penjara. Nelson
akhirnya bisa menghirup udara bebas di luar penjara. Kebebasannya disambut
meriah oleh seluruh bangsa, bahkan oleh seluruh dunia. Rakyat Afrika Selatan mendaulatnya
sebagai kepala negara tak lama setelah dia keluar penjara. Pada saat menjadi
presiden inilah Nelson membuktikan apa yang sudah dipelajarinya di penjara.
Masa kepemimpinannya membuat
khawatir banyak orang kulit putih. Mereka mengira akan terjadi pembalasan
dendam atas ketidakadilan yang diterima oleh orang kulit hitam selama ini. Namun, kekhawatiran itu tidak
terjadi. Nelson Mandela memimpin rakyatnya untuk memaafkan para pelaku
kejahatan itu. Dia mengajak rakyatnya untuk mengampuni. Ajakan itu tidak hanya
dilakukan dengan ucapannya, tapi juga dengan perbuatannya.
Pengalaman dipenjarakan dan
diperlakukan tidak baik selama puluhan tahun bukanlah suatu hal yang mudah
dimaafkan. Namun Nelson Mandela berani dan bisa melakukannya walaupun belum tentu
dia bisa melupakannya. Menurutnya, tahun-tahun selama di penjara adalah waktu
untuk belajar memaknai hidupnya. Dia juga memaafkan sipir yang dulu pernah
menyiksanya. Sipir yang pernah mengencingi kepalanya ini diundangnya dalam
pelantikannya menjadi presiden pertama di Afrika Selatan yang berkulit hitam.
Kemampuan Nelson Mandela untuk
mengampuni dan memaafkan itu tidak serta merta menular pada orang-orang di
sekitarnya. Ada terdengar berita kalau orang terdekatnya justru malah melakukan
banyak kekerasan. Mereka disangka menculik bahkan membunuh orang. Memaafkan,
kalau dihitung secara logika matematika memang “enggak ketemu”. Orang harus
lebih dulu bisa bersyukur atas kehidupannya kalau berniat untuk memaafkan.
Salah satu hal yang membuat saya
sangat terkesan pada kehidupan Nelson Mandela adalah kesederhanaannya. Walaupun
sudah menjadi pejabat negara yang memungkinkannya mendapat fasilitas cukup
mewah, Nelson tetap hidup sederhana seperti ketika ia dipenjara. Dia tetap
bangun pagi hari untuk merawat kebunnya dan tinggal di tempat yang sederhana.
Ini menjadi nilai tambah bagi saya karena kebanyakan orang lain akan menjadi
“aji mumpung” dan merasa tinggi hati.
“Kemewahan”
yang pernah terdengar dari gaya hidup Nelson hanyalah tentang kemeja sutranya.
Kemeja sutra yang kebanyakan dari Indonesia itu sering dia gunakan dalam
berbagai kesempatan. Bahan sutra terasa lembut di kulitnya dan membuatnya
merasa nyaman. Kemeja sutra yang di negeri kita mungkin berharga mahal, belum
tentu mahal ketika nilai tukar mata uang kita turun. Dengan kata lain,
menggunakan kemeja sutra dari negeri kita di beberapa negara tidak bisa
dikatakan mewah.
Ketika
akhirnya Nelson menghembuskan nafasnya yang terakhir di akhir tahun 2013 yang
lalu, seluruh dunia merasa kehilangan. Banyak pemimpin dunia turut
mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Seluruh dunia kehilangan
figur panutan yang mengamalkan kasih dalam hidupnya. {ST}