Di
gereja tempat saya berbakti ada sebuah pos satpam yang sering dijadikan tempat
penitipan barang. Penitipan di tempat ini tidak hanya untuk menitipkan barang
milik sendiri tetapi juga menitipkannya kepada orang lain. Menurut saya, itu
bukanlah sesuatu yang tepat. Namun, sepertinya semua orang menganggap hal itu
adalah sesuatu yang wajar, sehingga saya pun agak segan menyampaikannya secara
langsung kepada orang lain. Kalau dipikir-pikir (saat itu), hal itu bukanlah
hal yang penting-penting amat. Akhirnya, saya pun menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang wajar.
Saya
mulai agak terusik saat ada orang yang marah-marah karena titipannya tidak
tersampaikan kepada tujuannya. Kemarahannya itu tidak hanya tentang titipan
yang tak tersampaikan, tetapi juga tentang kelalaian lainnya dari para satpam
yang bertugas.
Tidak
bisa dipungkiri, memang pernah terjadi kelalaian petugas keamanan di situ,
namun itu tidak termasuk soal titipan barang. Titip-menitip barang itu
sebenarnya bukanlah tanggung jawab petugas keamanan. Mereka mengerjakannya
(mungkin) karena tidak berani menolak, atau karena menganggap itu sudah menjadi
kebiasaan yang wajar.
Petugas
keamanan yang dimarahi karena lalai menjaga keamanan adalah sesuatu yang dapat
dipahami. Wong, memang itu tugasnya, kok. Nah, kalau dimarahi karena sesuatu
yang bukan tanggung jawabnya? Itu adalah sesuatu yang tidak wajar.
Menurut
saya, waktu dan tenaga petugas keamanan lebih baik digunakan untuk meningkatkan
kompetensi dalam bidang keamanan. Waktu kerjanya difokuskan memang untuk
menjaga keamanan, untuk mengamati orang-orang tak dikenal yang tiba-tiba datang
ke lingkungan tersebut. Bukannya malah mengamati orang-orang yang sudah dikenal
untuk memberikan titipan barang.
Suatu
kali, saya pernah menitipkan barang di sebuah supermarket. Saat mau mengambil
barang, saya melihat seorang petugas keamanan di dekat loket. Saya pun
menyerahkan bukti penitipan kepadanya.
“Maaf,
Mbak. Saya petugas keamanan,” katanya tegas.
Jawaban
tegasnya tidak membuat saya tersinggung. Saya malah salut pada ketegasannya. Memang
benar dia adalah petugas keamanan, bukan petugas penitipan barang. Dalam hal
ini, sayalah yang salah. Mungkin karena saya terbiasa dengan penitipan barang
di pos satpam gereja. {ST}