Ana

Tampilkan postingan dengan label Palangkaraya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palangkaraya. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Desember 2019

Pasar Kahayan yang Terlihat Seperti di Luar Negeri (?)


            Pasar Kahayan terletak di tepi Sungai Kahayan di Palangkaraya. Pasar ini bukanlah satu-satunya pasar di ibu kota Kalimantan Tengah itu. Selain ini masih ada beberapa pasar di kota tempat saya dibesarkan ini. Namun, pasar ini  selalu mengesankan bagi saya.
            Sudah beberapa tahun ini bangunan Pasar Kahayan diperbarui. Pasar itu berada dalam bangunan yang plafonnya tinggi. Bagian atasnya transparan sehingga sinar Matahari menjadi penerangan alami bagi pasar ini. Kios-kiosnya ditata sesuai dengan barang dagangannya. O ya, pada awal dibangun dulu, pasar ini juga dilengkapi dengan troli seperti di pasar swalayan.
            Pada akhir tahun 2019 yang lalu, saya beberapa kali mengunjung Pasar Kahayan untuk membeli beberapa keperluan. Pada kesempatan itu, saya menyempatkan memotret Pasar Kahayan dan mengunggahnya di media sosial. Ada beberapa komentar tentang unggahan ini. Beberapa di antaranya menyangka pasar itu berada di luar negeri karena bersih dan terlihat keren.

            Melihat komentar itu, saya tidak langsung membalas. Namun, saya punya pendapat sendiri tentang hal ini. Sesuatu yang bagus dan bersih sebenarnya sudah cukup banyak di Indonesia. Dengan perlahan bangsa ini mulai memperbaiki cara hidup. Komentar tentang luar negeri membuat saya agak sedih. Seakan-akan merendahkan bangsanya sendiri. Saya jadi terpicu untuk lebih banyak membagikan informasi tentang sesuatu yang bagus dan bersih tentang Indonesia. {ST}

Selasa, 11 Juli 2017

Pesawat Kecil di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya


            Saya terkesima melihat beberapa pesawat kecil di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. Pesawat pesawat kecil itu parkir berderet rapi di apron. Saya segera memotretnya beberapa kali. Dalam hati saya bertanya tanya, ke manakah tujuan penerbangan pesawat ini.
            Bertahuntahun yang lalu, saya pernah naik pesawat kecil dari kota kecil tempat keluarga kami tinggal. Kabin pesawat ini kira kira hanya sebesar mobil panjang. Kabarnya orang orang dewasa yang akan naik pesawat ini harus ditimbang dulu bobotnya. Saya yang masih kecil saat itu tidak pernah ditimbang. Saya membayangkan bahwa pesawat seperti itulah yang berada di Bandara Tjilik Riwut itu. Pesawat kecil memang menjadi alat transportasi yang ampuh untuk menaklukkan Kalimantan.
            Baru belakangan saya tahu kalau pesawat kecil itu digunakan untuk latihan terbang. Di situ memang ada sekolah penerbangan. Tentunya ada latihan menerbangkan pesawat pada sebuah sekolah penerbangan. Pesawatpesawat kecil itulah yang digunakan untuk latihan. {ST}

Rabu, 15 Februari 2017

Tiang Bekas Telepon Umum Koin




            Saya langsung memotret tiang ini saat berjalan-jalan sore di kota Palangkaraya. Saya mengenali tiang itu. Tiang itu adalah tiang telepon umum koin. Telepon umum koin itu menjadi semacam mainan bagi saya waktu kecil dulu.
            Telepon umum itu letaknya tak terlalu jauh dari rumah kami. Dalam perjalanan ke sekolah ataupun pulangnya, kami bisa memilih rute yang melewati telepon umum koin itu. Saat itulah kami sering iseng menggunakan telepon umum koin itu. Kami itu maksudnya adalah saya dan kakak saya. Itu adalah anggota tetapnya. Selain kami berdua, ada beberapa teman lain yang juga suka menggunakannya.
            Saya memilih kata iseng menggunakan karena itu memang perbuatan iseng. Sebenarnya kami tidak perlu menelepon sama sekali. Kami menelepon ke rumah dan menanyakan keadaan rumah atau menu makan siang. Pertanyaan itu dapat kami ajukan langsung tanpa bantuan telepon umum koin. Hanya dalam waktu beberapa menit, kami sudah tiba di rumah.
            Selain menelepon ke rumah sendiri, kami juga menelepon ke beberapa rumah teman dan saudara. Saya baru ingat, ternyata saat itu tidak semua rumah teman saya memiliki telepon rumah. Hanya beberapa keluarga saja yang punya termasuk keluarga kami. Akhirnya tidak terlalu banyak orang yang bisa ditelepon.
            Salah satu tindakan paling konyol yang terkait dengan telepon umum itu terjadi pada suatu sore yang cerah. Hari itu saya dan kakak saya sepakat bermain telepon umum koin itu. Dengan berbekal beberapa uang koin Rp 100, kakak saya bersepeda ke telepon umum koin itu. Ia kemudian menelepon ke rumah kami. Saya yang mengangkatnya. Kami kemudian ngobrol. Konyol, kan?
            Saat ini, tiang itu tidak lagi menjadi telepon umum. Tiang itu hanya sekedar tiang yang tidak terlalu jelas gunanya apa. Dapat dimaklumi kalau sekarang telepon umum sudah tak digunakan lagi. Orang yang dapat dikatakan melarat pun punya telepon genggam. Telepon koin sudah tak ada lagi yang menggunakannya. Telepon koin telah menjadi sejarah. {ST}

Rabu, 17 Agustus 2016

Rumah Tjilik Riwut di Palangkaraya




            Rumah Tjilik Riwut adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi di Palangkaraya. Rumah ini adalah rumah peninggalan Bapak Tjilik Riwut, pahlawan nasional dari Kalimantan Tengah. Nama Tjilik Riwut juga dijadikan nama bandara di kota Palangkaraya. Bagi yang ingin mengenal tokoh pendiri Kalimantan Tengah wajib datang ke Rumah Tjilik Riwut yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Palangkaraya.



Galeri dan Museum

            Rumah Tjilik Riwut (RTR) menyimpan banyak sejarah. Sejarah itu, yang semula hanya diketahui beberapa gelintir orang, dapat dilihat di tempat ini. Di dinding dan partisi RTR ada banyak kenangan bersejarah Bapak Tjilik Riwut. Ada pakaian, foto, piagam, surat, dan aneka memorabilia peninggalan Bapak Tjilik Riwut. Rumah ini adalah galeri yang membawa kita kembali mengingat sejarah Kalimantan Tengah. Ada juga yang menyebutnya museum.


            RTR juga sering mengadakan kegiatan untuk melestarikan budaya Dayak. Setiap tanggal 18 Agustus selalu ada kegiatan kesenian di tempat ini. Acara itu selain sebagai peringatan hari kemerdekaan RI, juga sebagai peringatan hari jadi Rumah Tjilik Riwut. Rumah Tjilik Riwut dibuka untuk umum pada tanggal 18 Agustus 2013. Selain acara tahunan ini, Rumah Tjilik Riwut juga sering menyajikan musik etnik Dayak sebagai hiburan bagi pengunjung yang datang.


Restoran yang Nyaman

            RTR juga berfungsi sebagai restoran. Di tempat ini ada cukup banyak set meja kursi yang terletak di dalam maupun di luar ruangan. Tamu-tamu yang datang bisa duduk nyaman tanpa harus berdesakan. Ada banyak jenis makanan dan minuman yang dapat dipilih. Mulai dari camilan sampai makanan berat semuanya ada.


            Beberapa menu makanan di RTR adalah menu makanan kegemaran Bapak Tjilik Riwut. Menu makanan khas Dayak juga dapat ditemukan di RTR. Juhu singkah, tepe dawen jawaw, dan kandas sarai menjadi menu favorit di tempat ini. Selain itu, ada pula menu lain seperti nasi goreng dan ikan bakar. Minuman favoritnya adalah baram madu.


Tempat Berkumpul Ideal

            Lokasi Rumah Tjilik Riwut berada di tengah kota. Rumah ini dapat dicapai dengan mudah dari seluruh penjuru kota Palangkaraya. Sangat cocok dijadikan sebagai tempat pertemuan, baik pertemuan kecil maupun pertemuan besar. Tempat ini adalah tempat yang tepat untuk arisan, reuni, maupun perayaan ulang tahun.


            Acara kumpul-kumpul tak afdol tanpa berfoto bersama. Di tempat ini banyak spot foto yang menarik, lo. Kalau mau diunggah langsung juga bisa. Di tempat ini disediakan wifi gratis khusus untuk pelanggan.

            Makin penasaran dengan tempat bersejarah ini? Silakan datang berkunjung langsung ke Jalan Sudirman no: 1, Palangkaraya. Lihat juga profilnya di Facebook https://www.facebook.com/RumahTjilikRiwut/ {ST}
















Jumat, 17 Juni 2016

Palangkaraya atau Palangka Raya?




            Bagaimana sebenarnya menulis ibu kota Kalimantan Tengah? Palangkaraya atau Palangka Raya? Satu kata atau dua kata?

Saya menuliskannya Palangkaraya, 1 kata tanpa spasi. Berkali-kali saya mendapat komentar bahkan protes terkait penulisan nama kota Palangkaraya. Nama kota yang satu ini memang sangat sering muncul di blog saya. Itu karena saya pernah menjadi penduduk kota ini bertahun-tahun yang lalu.

            “Masa nulis nama kota tempat dibesarkan salah?” kira-kira begitu komentar yang membuat saya pernah agak kesal.

            Sekarang, sih, saya sudah tidak kesal lagi. Itu saya memiliki alasan yang kuat untuk menggunakan kata Palangkaraya, 1 kata tanpa spasi. Saya akan membagikannya di blog ini. Jadi, kalau ada yang komentar lagi, tinggal kasih tautan blog ini. Beres.

            Secara penyebutannya, Palangkaraya dan Palangka Raya terdengar sama saja, tidak ada bedanya. Bagi beberapa orang, tidak ada masalah dengan hal ini. Namun bagi beberapa orang lainnya, spasi di tengah frase itu membuat perbedaan.

Spasi itu menjadi masalah besar bila dikaitkan dengan sejarah pemilihan nama itu yang memang terdiri dari 2 unsur. Palangka artinya sebuah tempat suci dari langit ke-7 dalam kepercayaan Kaharingan. Raya artinya besar. Pemilihan nama itu tentu dimaksudkan supaya kota ini menjadi kota yang suci dan besar.  Menyatukannya menjadi 1 kata dianggap mengurangi maksud dan arti kota tersebut.

Ada beberapa alasan yang membuat saya tetap menggunakan penulisan Palangkaraya tanpa spasi.

  • Kaidah Bahasa Indonesia tentang penulisan nama geografi (toponimi). Nama geografi, khususnya nama kota di Indonesia telah dibakukan. Pusat Bahasa bekerja sama dengan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (disingkat Bakosurtanal) telah menetapkan pembakuan ini. Pembakuan ini sangat penting untuk tata letak dan juga untuk alamat kirim. Pada prinsipnya, nama geografi yang terdiri dari 2 kata ditulis serangkai, kecuali ada kata yang menunjukkan arah mata angin atau waktu. Contohnya: Jayawijaya, Banyuwangi, Pematangsiantar, Balikpapan, dan… Palangkaraya. Yang menunjukkan arah mata angin misalnya Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dll.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah. Pada pasal 2 disebutkan bahwa ibu kota Kalimantan Tengah adalah Palangkaraya.
  • Daftar Tajuk Nama Geografi Indonesia yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional RI Tahun 2014. Dalam buku ini tertera nama-nama geografi di Indonesia. Pada halaman 71 tertera nama Palangkaraya, bukan Palangka Raya. Tentunya ini mengacu pada kaidah bahasa Indonesia tentang penulisan nama geografi.

            Sebagai warga negara yang berniat menjadi WNI yang baik, tentunya saya mengikuti kaidah dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Peniadaan spasi itu bukan berarti saya mengingkari cita-cita pendiri kota yang awalnya adalah sebuah desa bernama Pahandut itu. Saya memahami benar cita-citanya dan berniat turut mewujudkannya walau tidak lagi menjadi penghuni resmi kota itu.

Bapak Tjilik Riwut, salah satu tokoh pendiri Kalimantan Tengah, adalah orang yang juga membangun Palangkaraya. Ia adalah orang yang sangat mencintai NKRI. Tentunya ia juga akan mengikuti kaidah dan undang-undang yang berlaku. Apabila ada kesalahan, tentunya dapat diperbaiki sesuai prosedurnya, tidak serta-merta diubah menurut selera. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini