“Pajak” adalah kata yang sering saya
dengar di Kabanjahe. Awalnya saya berpikir karena ada seorang kerabat dari
teman saya yang bekerja di kantor pajak. Pembicaraan dalam bahasa Karo yang
tentang pajak itu awalnya tidaklah terlalu mengganggu pikiran saya.
Suatu kali, ketika kami janjian mau
makan durian, kata “pajak” kembali terdengar. “Di depan pajak” adalah kata
sandi untuk tempat pertemaun kami. Dalam bayangan saya, tentulah penjual durian
ini mangkal di depan kantor pajak tempat sangkerabat ngantor.
Ketika tiba di tempat yang
disebutkan, kami malah berada di depan pasar. Ternyata yang dimaksud dengan
pajak itu adalah pasar. Pajak = pasar. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan
kantor pajak. {ST}