Dalam
sebuah perbincangan, saya mendengar kalau semua orang yang bisa menyanyi itu
pasti bisa mendengar. Orang itu telah lebih dulu mendengarkan, baru kemudian ia
mengikuti bunyinya. Maka jadilah sebuah nyanyian.
Orang
yang nyanyinya fals, diduga karena punya kekurangan di pendengarannya. Entah
itu budi (budek dikit), atau bubang (budek banget). Ada juga yang berpendapat
kalau orang yang nyanyinya fals itu inginnya sesukanya aja. Bersuara sekehendak
hatinya. Ada benarnya juga, sih. Dalam pergaulan saya selama ini, pernah juga
saya bertemu dengan orang yang seperti itu. Atau tepatnya saya mengira kalau
dia adalah orang yang seperti itu. Ada juga yang memang nada suaranya fals,
bahkan bicara pun fals.
Yang
cukup menarik bagi saya adalah kenyataan kalau orang yang dilahirkan tuli,
biasanya bisu. Itu bisa dimaklumi karena dia tidak pernah mendengar suara
selama hidupnya. Tentunya dia tidak dapat mengikuti bentuk bunyinya.
Yang
sangat menarik adalah adanya paduan suara tuna rungu. Saya belum tahu ada di
mana dan apa nama paduan suaranya. Yang jelas mereka ada. Bagaimana cara mereka
melakukannya? Itu ternyata karena kerja keras pelatihnya. Pelatihnya harus
mencontohkan cara menyanyikan dengan bahasa tubuh. Para penyanyi belajar dan
berlatih dengan melihat ke pelatihnya. Itu bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Orang
yang pernah mendengar suara paduan suara ini mengatakan kalau paduan suara itu
betul-betul bernyanyi. Mereka menyanyikan lagu yang ada liriknya. Kedengarannya
memang tidak sempurna. Ada banyak nada yang fals dan seperti tidak pada
tempatnya. Namun, penampilan mereka adalah karya nyata wujud pujian pada Sang Pencipta.
Orang
yang dilahirkan tuli memang biasanya bisu. Namun hal-hal luar biasa bisa saja
terjadi. Tidak selamanya orang tuli itu bisu. Mereka bahkan bisa bernyanyi memuji
kebaikan Sang Pencipta. {ST}