Suatu
hari, saya sangat terkesan dengan buah yang dibawa seorang teman. Dia membawa
nangka hasil tanamannya sendiri. Ada 2 hal yang mengesankan bagi saya. Pertama
adalah rasa nangkanya yang renyah dan manis. Kedua adalah karena buah itu hasil
tanamannya sendiri.
Pohon
berkayu bukanlah pohon yang berbuah dalam hitungan hari atau bulan. Perlu
bertahun-tahun untuk menjadi pohon dewasa yang menghasilkan buah. Tentunya dia
menanamnya sudah sejak lama. Dan ternyata benar saja. Dia sampai tidak ingat
pernah menanamnya. Yang jelas, pohon itu dia tanam dari biji nangka.
Saking
terkesannya, saya pun membawa pulang 3 biji nangka. Biji-biji itu saya bungkus
di kantong plastic bekas tisu. Rencananya, saya akan menanamkannya setiba di
rumah sorenya.
Ternyata,
rencana saya tidak kesampaian. Biji nangka itu cukup lama menghuni tas saya,
bahkan sampai berminggu-minggu. Malam itu, saya memang tidak langsung pulang ke
rumah. Esoknya, saya tidak ingat lagi tentnag keberadaan biji nangka. Saya baru
ingat lagi ketika tiba saatnya membersihkan tas yang makin hari bertambah
berat.
Ketika
ditmukan, biji nangka itu sudah kering dan ukurannya menyusut. Akar yang
dulunya terlihat sudah menumbuh, sekarang terlihat seperti tauge kering setipis
rambut. Walaupun begitu, saya tetap meletakkannya di tanah subur. Mungkin saja
biji-biji itu akan bertumbuh di tanah yang subur. Atau mereka akan menjadi
pupuk bagi tanaman lainnya. {ST}