Di
kantor redaksi majalah tempat saya numpang berkarya, sesekali ada anak-anak
sekolah yang sedang praktek kerja lapangan (PKL). Masa waktu PKL umumnya tidak
terlalu lama. Paling lama 3 bulan. Anak-anak itu biasanya mendapat tempat duduk
di kantor dan menjadi bagian dari kami selama beberapa bulan itu.
Suatu
siang, saya melihat seorang anak PKL yang berlutut di depan dispenser. Dia
berlutut lama sekali. Saya, yang sedang kehausan dan mau mengambil minum,
akhirnya menengok ke arah anak itu. Saya kaget ketika melihat matanya memerah
dan berlinang air mata.
“Hah,
kamu kenapa?” tanya saya prihatin.
“Hah…hah…
kepedesan,” katanya sambil mengusap air mata.
Saya
sebenarnya pingin banget tertawa keras sambil guling-guling di lantai tapi
enggak tega. Wajahnya yang memerah dan air mata berderai itu membuat saya tetap
kalem dan tenang sambil menahan senyum. Saya juga menjadi lebih sabar menunggu
antrian mengambil air di dispenser itu. {ST}