Ana

Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menulis. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Juli 2019

Buku: Creative Writing, Tips dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel




            Saya langsung mengambil buku ini saat melihatnya di rak perpustakaan. Sebagai seorang yang suka menulis dan bercita-cita menulis novel, saya merasa perlu membaca buku ini. Buku yang ditulis oleh S. Laksana ini menjadi jawaban dari keingintahuan saya.
            Banyak hal tentang menulis ada di buku ini. Pak Laksana menerangkannya dengan bahasa yang ringkas dan langsung pada intinya. Pengalamannya sebagai pengajar melengkapi tulisan itu sehingga menjadi lebih mudah dimengerti. Saya membaca buku ini dengan cepat dan mencatat beberapa tipsnya pada buku catatan saya.
            Ada beberapa hal yang sudah saya ketahui dari sekian banyak tips dan strategi yang ada di buku ini. Beberapa tipsnya bahkan ada yang sudah saya lakukan. Selama ini saya sudah memulai menulis cerita pendek dan cerita bergambar. Hanya saja saya belum pernah menulis novel.
            Buku ini merupakan panduan yang baik bagi siapa saja yang memiliki niat berkarya dalam bidang penulisan kreatif. Sepertinya buku ini cocok juga dijadikan sebagai “buku pelajaran” bagi para penulis. Saya merekomendasikan buku ini bagi siapa saya yang ingin menghasilkan karya tulis kreatif. {ST}

Rabu, 01 Februari 2017

Menulis Menggunakan Kertas dan Bolpoin




            Saat ini kegiatan menulis bukan hanya berarti menulis menggunakan pensil atau bolpoin. Menulis dapat diartikan membuat tulisan yang dapat dilakukan dengan mengetiknya. Saya sendiri lebih sering membuat tulisan dengan jalan mengetik daripada menuliskannya.
Dalam sebuah artikel yang saya baca, menulis menggunakan tangan itu artinya juga menggunakan otak. Otak akan menjadi lebih cerdas. Anak yang menulis dengan tangan akan lebih ingat apa yang dia tuliskan daripada mengetiknya dengan menggunakan gadget.
Saya juga dapat merasakannya. Saya lebih mudah mengingat apa yang saya tuliskan dengan tulisan tangan dibandingkan apa yang saya ketik. Hmmm... Sebenarnya “tulisan tangan” saya itu tidak sepenuhnya berbentuk tulisan. Kadang-kadang berupa gambar juga, kadang-kadang mind map.
            Suatu hari, saya sedang kebanjiran ide. Ide-ide itu tidak hanya berupa poin-poin, tetapi sebaris jalan cerita. Saya pun kemudian menuliskannya dengan menggunakan kertas dan bolpoin. Sepertinya itu adalah tulisan pertama saya di tahun 2017 ini. {ST}

Minggu, 04 Desember 2016

Menulis Tentang Narkoba untuk Pembaca Anak




            Saya mendapat tugas menulis artikel pengetahuan tentang narkoba untuk anak-anak. Peredaran narkoba di Indonesia saat ini memang sudah mengkhawatirkan. Banyak generasi muda yang kemudian terkena jeratnya. Artikel pengetahuan ini memang sangat perlu dibuat supaya anak-anak pembacanya dapat mengerti dan kemudian menjauhinya.
            Menulis tentang artikel ini gampang-gampang susah. Gampang karena bahannya banyak. Susah karena bahannya terlalu banyak he he he…. Yang membuat bertambah susah karena hampir semua bahan tulisan tentang narkoba selalu bernuansa negatif. Kebanyakan berisi akibatnya yang sangat merusak dan juga kasus-kasus kriminal.
            Saya kemudian berusaha untuk mencari narasumber. Saya menghubungi badan-badan yang berhubungan dengan narkoba, namun belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Beberapa bahkan tidak memberikan respon sama sekali. Mungkin karena saat itu sedang liburan akhir tahun dan kebanyakan dari mereka sedang cuti liburan. Atau mungkin juga mereka malah sibuk “berperang” melawan narkoba. Entahlah. Itu hanya prasangka saya saja.
            Menjelang deadline, saya agak panik. Saya belum menyusun tulisan sama sekali. Saya bingung bagaimana cara membuat tulisan tentang narkoba namun tidak terlalu negatif dan bernada suram. Saya pun akhirnya pasrah dan berdoa. Saat itulah pelan-pelan muncul pemikiran yang runut tentang bagaimana menjelaskannya.
            Saya kemudian langsung mencatatnya dalam buku kecil yang biasanya selalu saya bawa. Catatan itu hanya sebanyak 3 baris. Catatan itu kemudian berubah menjadi 1 halaman setelah saya berhadapan dengan komputer. Hanya dalam waktu yang singkat, artikel itu akhirnya selesai. Lega luar biasa rasanya. Semoga saja artikel itu berguna bagi anak-anak yang membacanya. {ST}

Jumat, 02 Desember 2016

Menulis Sebagai Bentuk Meditasi




            Dalam sebuah buku yang saya baca, meditasi itu tidak harus dilakukan dengan duduk bersila seperti bertapa. Meditasi datapa pula dilakukan sambil berdiri, tidur, berjalan, bahkan menulis. Lebih tepatnya menulis dapat dilakukan sebagai salah satu bentuk meditasi.
            Saat meditasi, kita memusatkan perhatian dan juga melepaskan beban. Setelah melakukan meditasi, maka pikiran akan menjadi lebih tenang, dan akan lebih mudah berkonsentrasi. Menulis adalah salah satu cara untuk melakukannya.
Sebagai orang yang suka menulis, saya sangat tertarik dengan cara yang satu ini. Caranya dengan memusatkan perhatian pada apa yang kita tulis. Ada juga kalanya membiarkan saja apa yang kita pikirkan tertuang menjadi tulisan. Nah, cara ini sebenarnya cukup sering saya lakukan. Kebanyakan tulisan saya ada di blog ini. Beberapa lainnya ada yang diterbitkan di media lain. Banyak pula yang sekarang sudah tidak ada lagi. Ada yang memang sengaja saya hilangkan. Ada juga yang tidak sengaja hilang.
Menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan telah lama saya lakukan. Blog ini selain menjadi tempat mendokumentasikan kegiatan sehari-hari, juga sebagai obat waras. Itu karena menulis juga merupakan bentuk meditasi yang menyehatkan jiwa.

Baca juga:

Kamis, 20 Agustus 2015

Menulis Buku dari Sekarang




            Hari Rabu, 19 Agustus 2015, saya mendapat tugas untuk menghadiri konferensi pers tentang persiapan kontingen Indonesia menuju Frankfur Book Fair. Di tahun 2015 ini, Indonesia menjadi tamu kehormatan pada FBF 2015. Sebagai tamu kehormatan, Indonesia akan mendapat tempat khusus dan mengirimkan sejumlah penulis ke Frankfurt.
            Ada 79 orang penulis yang akan dikirimkan untuk menjadi duta Indonesia di pameran buku terbesar di dunia itu. Lebih dari setengah penulis itu, ada 44 orang, menerbitkan karyanya bersama dengan penerbit Gramedia. Itu pulalah sebabnya mengapa saya diundang ke konferensi pers itu. Laporannya bisa dibaca di sini.

            Pada saat acara itu berlangsung, bertepatan dengan jam makan siang. Saya duduk berdekatan dengan seorang penulis buku anak. Saya memang pernah melihat sekilas buku-buku tulisannya di toko buku. Namun, saya tidak pernah membeli bukunya. Beberapa buku dari penulis ini memang dijual dengan harga yang cukup mahal.
            Dalam obrolan kami itu, dia bercerita bagaimana asal mulanya dia menulis buku. Awalnya karena dia membaca karya penulis lain. Penulis lain yang dia maksud ternyata orang yang saya kenal juga. Membaca buku anak karangan penulis lain itu menimbulkan minatnya untuk mencoba menuliskan ceritanya sendiri.
            Berawal dari buku pertamanya itu, dia seperti kecanduan untuk terus berkarya dan membuat karya yang lebih baik. Sekarang, dia sudah tidak ingat lagi berapa karyanya. Menurut editor di perusahaan penerbitnya, buku-buku tulisan penulis ini termasuk dalam best seller.
            Sang penulis ini juga bercerita kalau dia suka membaca cerita Bona, si gajah kecil berbelalai panjang. Saya langsung tersentak mendengarnya. Itu, kan, cerita karangan saya, dan dia suka membacanya. Seneng juga hehehe…
Dia juga mengatakan kalau semua orang itu sebenarnya bisa menulis. Saya juga menyetujui pendapat ini. Menurut saya, semua orang itu memang bisa menulis. Apalagi pelajaran menulis itu adalah pelajaran dasar. Baca tulis hitung alias calistung adalah pelajaran dasar untuk banyak sekali pengetahuan. Orang yang mengaku tidak bisa menulis mungkin maksudnya tidak bisa menulis dengan baik, atau tidak terbiasa menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.
“Ayo, nulis buku!” kata penulis itu di sela-sela kegiatan mengunyah kami siang itu.
“Iya, Mbak. Ayo nulis buku anak. Di penerbit kami, 70%-nya adalah buku anak. Naskahnya ditunggu, lo,” sambung mbak editor.
Saya hanya tersenyum sambil bertekad bahwa saya akan segera menulis buku saya sendiri. Terlatih menulis artikel dan blog setiap hari sudah menjadi ajang latihan bagi saya untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Tinggal tunggu tanggal mainnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini