Dalam setiap ibadah GKI selalu ada leksionari. Leksionari
adalah pembacaan Alkitab sebelum khotbah dengan mengikuti urutan tertentu. Dalam
leksionari ini dibacakan perikop dari Perjanjian Lama, Mazmur sebagai
tanggapan, Perjanjian Baru dan dari Kitab Injil.
Bacaan
leksionari dibacakan oleh lektor. Bacaan pertama dibacakan oleh seorang jemaat.
Mazmur dibacakan atau dinyanyikan oleh seorang jemaat. Bacaan kedua oleh
penatua. Bacaan Injil dibacakan oleh pendeta. Lektor yang bertugas sudah harus
siap sebelum doa epiklese, doa memohon pertolongan Roh Kudus sebelum khotbah.
Bacaan
Mazmur dibacakan bergantian antara lektor dan jemaat. Untuk menentukan teks
mana yang akan dibacakan oleh lektor, dan mana yang dibacakan oleh jemaat,
biasanya dibagi dengan bagaimana tercetaknya. Ada yang membaginya dengan teks
yang tercetak ke dalam dan ke luar, ada juga yang membaginya dengan setiap
pergantian ayat.
Untuk
teks yang tercetak ke dalam dan ke luar, ada lektor yang membahasakannya dengan
“menjorok ke dalam dan menjorok ke luar”. Sebenarnya, ini tidak salah. Memang benar
kalau teks itu menjorok ke dalam dan ke luar. Pengertian kata “jorok” lainnya
lah yang membuat kata-kata ini memancing reaksi yang berbeda. Kadang kala, ada
jemaat yang tertawa dan berbisik-bisik kalau ada lektor yang mengajak jemaat
membaca “mazmur jorok” secara beralasan.
Saya
sendiri adalah jemaat yang kadang-kadang tertawa setiap kali ada yang mengajak
membacakan “mazmur jorok” ini. Itulah sebabnya kalau saya yang bertugas sebagai
lektor, saya tidak akan mengucapkan kata-kata “menjorok ke dalam dan menjorok
ke luar itu”. Saya lebih memilih untuk menggunakan kata-kata “tercetak ke dalam
dan tercetak ke luar”.
“Mazmur
jorok” ini tidak terlihat di beberapa gadget yang memuat Alkitab elektronik.
Semua teks tertulis rata ke kiri, tidak ada yang menjorok. Tetapi ternyata inovasi
baru segera dilakukan. Sekarang telah ada software
Alkitab elektronik dengan teks Mazmur yang menjorok ke dalam dan ke luar. {ST}