Sebuah
berita kecil tentang serorang perempuan yang tidak saya kenal sama sekali
mendadak membuat saya sedih. Perempuan ini adalah perempuan India yang disekap
oleh suami dan mertuanya karena tidak bisa membayar mahar pernikahannya.
Hukuman itu makin bertambah lagi ketika perempuan ini melahirkan seorang anak
perempuan, warga dunia yang sering dianggap “kelas dua”.
Ketika
ditemukan, perempuan ini dalam keadaan compang-camping, rambut kering
berantakan dan kuku yang panjang. Dia
juga kesulitan membuka matanya akrena sudah terlalu lama disekap dalam ruang
yang sempit dan tertutup. Dengan makanan seadanya ayng diberikan secara tidak
teratur, sudah jelas perempuan ini juga kekurangan gizi.
Entah
bagaimana tradisi yang berlaku di sana. Mahar sepertinya memang dibayarkan oleh
seorang perempuan dan keluarganya kepada calon suaminya. Agak berbeda dengan
tradisi yang berlaku di kebanyakan daerah. Mahar ini memang kadang-kadang
menjadi batu sandungan dalam banyak pernikahan, termasuk juga pernikahan di
Indonesia.
Rasanya
sedih juga mendengar saat ini, zaman ini, masih ada orang yang memperlakukan
sesamanya manusia seperti memperlakukan binatang. Terlepas dari tradisi yang
merendahkan perempuan, tapi bukankah ilmu pengetahuan sudah ada dan memberi kita
pengetahuan kalau perempuan dan laki-laki itu, walaupun berbeda, tetap berasal
dari spesies yang sama. Menurut saya perlakuan itu adalah pelecehan terhadap
umat manusia yang berakal budi.
Apakah
mereka juga tidak tahu, apa yang biasanya kita lakukan atau berikan kepada
orang lain, suatu saat nanti akan berbalik kepada kita? Ada yang menyebutnya
timbal balik, ada juga yang menyebutnya karma. Saya menyebutnya pekerjaan Tuhan
Yang Maha Adil. Yang menderita tidak selamanya menderita.
O
iya, penderitaan perempuan India itu belum berakhir sampai di situ.
Kesedihannya masih ebrlanjut ketika anak perempuan yang dilahirkannya tidak
lagi mengenalnya. Pantas saja, sih, kalau tidak mengenalnya. Anak ini diambil
oleh keluarga suaminya (yang seharusnya keluarga dia juga), ketika dia
dilemparkan dalam ruang sempit tempat dia disekap selama bertahun-tahun. Semoga
saja perempuan ini bisa menjalani hidup barunya dengan baik dan semua
penderitaannya tergantikan oleh kelimpahan.
{ST}