“Lori....lori....lori....” Serombongan abang-abang berseru saat mobil-mobil mendekat ke pintu masuk. Seruannya dengan nada yang sama seperti “akua...akua...akua...” di bis kota.
Tau apa yang dimaksud dengan lori oleh mereka?
Lori yang dimaksud oleh mereka adalah papan datar yang di bawahnya ada rodanya dan ada tali penarik atau tiang untuk mendorong. Gunanya untuk membawa barang-barang berat, bisa dengan ditarik atau didorong. Beberapa orang menyebutnya juga dengan troli walau bentuknya berbeda dengan yang di supermarket. Lagipula kata ‘troli’ kalau diulang-ulang akan membuat lidah kepelintir, maka kata lori yang lebih banyak terdengar.
Sebagai pengusaha kecil yang menjajakan barang dengan cara ikut pameran dimana-mana, aku selalu bertemu abang-abang lori. Jumlah mereka membludak pada saat masuknya barang dan saat bubaran pameran. Hampir mirip seperti ojek payung, yang hanya ada ketika hujan.
Untuk pameran yang memakan waktu cukup lama, seperti Pekan Raya Jakarta yang lamanya hampir 5 pekan, abang-abang troli tetap siaga untuk mendapatkan pengguna jasa. PRJ yang selalu ramai dikunjungi orang pasti membuat vendor yang ikut meramaikannya harus mengisi ulang barang dagangannya. Begitu pula dengan pembeli barang yang membawa pulang belanjaan berat dan besar-besar. Peluang inilah yang dilihat abang-abang lori ini. Mereka tetap mangkal di depan pintu khusus loading barang dengan lorinya.
Tarif penggunaan lori bervariasi, tergantung lokasi dan lamanya pameran. Untuk pameran 3 hari di tempat yang "biasa saja", abang lori mau dibayar ceban (10 ribu rupiah). Untuk daerah cukup bergengsi seperti JCC dan JIExpo, abang lori bisa membuka penawaran jasanya di angka 30 ribu. Harga ini masih bisa dinego tergantung letak jauh dekatnya stand dan jumlah barang yang dibawa.
Tarif sewa lori itu sudah termasuk angkat barang dan menatanya di atas lori, membawanya ke tempat tujuan, sampai meletakkan barang-barang di tempat tujuan. Pekerjaan-pekerjaan ini perlu pengawasan khusus, karena ada beberapa abang lori yang memperlakukan semua barang dengan sama rata, seperti karung beras. Barang-barang dengan resiko patah atau rusak harus diberitahukan di awal sebelum si abang berinisiatif mengangkat dan membantingnya.
Untuk menghemat pengeluaran supaya tidak menyewa lori lebih dari 1, maka barang-barang pameran sebagian dimasukkan dalam koper yang ada rodanya. Koper beroda juga adalah lori. Maka kalau aku bisa menata barang dengan cepat, terbukalah peluang untuk menjajakan lori. “Lori....lori....lori....” {ST}