Belum lama
ini saya menulis tentang liger dan tigon. Mereka adalah spesies baru di dunia
ini yang didapat dari hasil persilangan singa (lion) dan harimau (tiger). Liger
adalah hasil persilangan antara singa (lion) jantan dan harimau (tiger) betina.
Tigon adalah hasil persilangan antara harimau (tiger) jantan dan singa (lion)
betina. Pakem untuk penyingkatannya adalah “jantan betina”. Spesies induk
jantannya diletakkan di depan.
Saya menulis artikel tentang liger
dan tigon sebenarnya tanpa disengaja. Niat awalnya bukan menulis tentang ini.
Perhatian saya teralih ketika sedang mencari informasi lainnya. Tautan artikel
itu saya simpan untuk saya baca kemudian. Ternyata, selain liger dan tigon, ada
beberapa spesies lain yang berhasil disilangkan. Spesies yang bisa dikawinkan
silang hanya yang berasal dari genus yang sama. Misalnya singa dan harimau,
kuda dan zebra, beruang kutub dan beruang coklat.
Hasil persilangan kedua makhluk yang
masih berkerabat namun berbeda spesies itu menghasilkan makhluk baru yang mirip
kedua induknya. Blasteran gitu, deh. Ada yang bentuk fisiknya mirip, ada juga
yang sifatnya. Kelihatannya sangat luar biasa.
Saya jadi mencari tahu latar
belakang bagaimana terjadinya perkawinan silang itu. Apakah ada pasangan yang
jatuh cinta kemudian kawin lari? Atau kisah cinta dari 2 keluarga yang
bemusuhan seperti pada cerita Romeo dan Juliet? Saya jadi makin bertanya-tanya
karena setahu saya singa dan harimau memiliki habitat yang berbeda di benua
yang berbeda. Singa hidup di Afrika, sementara harimau hidup di Asia. Saya
menduga kuat ada keterlibatan manusia di balik terjadinya persilangan ini.
Ternyata dugaan saya benar. Liger
dan tigon bisa sampai ada di dunia ini karena hasil campur tangan manusia.
Manusialah yang membuat mereka kawin dan kemudian melahirkan anak-anak
blasteran ini. Kebanyakan liger dan tigon hanya hidup di penangkaran dan hampir
tidak pernah ditemukan di alam bebas.
Motivasi di balik perkawinan silang
itu sepertinya adalah rasa penasaran dan ingin mencoba-coba. Sama seperti
menyilangkan padi atau jagung untuk hasil yang terbaik gitu sepertinya, yah. Tentunya
akan menjadi kabar yang menggembirakan bila kemudian persilangan itu
menghasilkan keturunan.
Dari hasil riset saya untuk bahan
artikel itu, spesies baru yang dihasilkan ini hampir semuanya gampang sakit.
Sistem kekebalan tubuhnya agak payah. Jauh lebih lemah dibandingkan dengan
kedua induknya yang berada di puncak rantai makanan di rimba. Hewan-hewan ini
harus dipelihara manusia hampir selama hidupnya.
Ada juga yang melakukan percobaan
untuk mengawinkan hewan blasteran ini dengan hewan blasteran lainnya. Percobaan
ini tidak berhasil menghasilkan keturunan. Hewan hasil persilangan itu baru
bisa menghasilkan keturunan bila dikawinkan dengan spesies induknya.
Sebagai penyuka binatang yang
kadang-kadang menulis fabel, saya mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh
hewan-hewan blasteran ini. Pasti hidupnya tidak mudah dengan daya tahan
tubuhnya yang lemah. Belum lagi hampir tidak ada makhluk lain yang serupa
dengannya. Mungkin dia sangat kesepian apalagi kalau dibandingkan dengan semut.
{ST}
Baca juga: