Orang Indonesia memang kreatif. Kami
adalah bangsa yang masih bisa tertawa di atas pendertiaan. Itu pula yang
terjadi saat ada teroris yang menyerang. Kadang-kadang becandaannya sampai agak
kebablasan, seperti yang terjadi beberapa hari ini.
Bom yang terjadi di perempatan dekat
Sarinah itu memakan beberapa korban jiwa. Berita tetnang bom ini beredar luas
baik di media berita resmi maupun media sosial. Berita ini menjadi agak
menakutkan di siang hari. Di sore menjelang malam hari, sudah banyak emem dan
joke yang inspirasinya dari bom ini.
Saya cukup terhibur ketika membaca
atau melihatnya. Lelucon itu berhasil membuat saya tersenyum bahkan tertawa.
Baru menjelang tengah malam saya tidak lagi tertawa. Rasa-rasanya lelucon itu tidak
lagi lucu, beberapa malah agak merendahkan dan menghina.
Salah satu lelucon yang menurut saya
merendahkan dan menghina ras tertentu adalah lelucon ransel hitam. Lelucon ini
dikirimkan dalam bentuk video. Sepertinya video ini memang dibuat dengan niat.
Dalam video itu, ada seorang laki-laki dengan pakaian etnis tertentu yang
menyandang ransel hitam. Orang ini melemparkan ransel hitamnya ke orang-orang
lain yang sepertinya tidak menduganya. Orang-orang lain itu kemudian lari
terbirit-birit.
Semua yang menontonnya pasti menduga
bahwa orang-orang yang lari itu menduga bahwa ransel hitam itu berisi bom.
Mungkin saya juga akan lari terbirit-birit dan mengira demikian. Video ini
membentuk persepsi orang yang menontonnya. Persepsi kalau orang dari ras dan
etnis itu adalah pengebom alias teroris. Padahal, kan, enggak semua orang dari
etnis atau kepercayaan itu adalah teroris. Saya langsung menghapus video ini
dari memory HP saya.
Banyak juga yang memelesetkan kata
Sarinah dan Suriah. Ada juga yang membuat pemberitahuan untuk menjauhi mall
karena gajian masih lama. Banyak pula yang sebenarnya enggak lucu tetapi membuat
orang berdecak kagum. Misalnya saja tukang sate yang tetap mengipasi
dagangannya walaupun tak jauh darinya ada tembak-tembakan. “Penonton” yang
berada tak jauh dari TKP. Foto-foto itu dibuat menjadi lucu dengan tambahan
teks-teks lucu. Macam-macam, deh.
Pada akhirnya, hari ini, saya tidak
lagi menganggap hal itu lucu. Namun saya tidak bisa melarang teman-teman untuk
membuatnya atau menyebarkannya. Itu adalah hak mereka. Yang saya bisa lakukan
adalah curhat di blog ini dan tidak ikut-ikutan menyebarkannya. {ST}