Lebaran tahun 2014 jatuh tanggal 28
dan 29 Juli 2014. Itu artinya hari Senin dan Selasa. Untuk keriuhannya sudah
dimulai sejak beberapa hari sebelumnya. Ribuan orang merayakannya dengan pulang
ke kampung halamannya. Mudik. Saya yang tidak merayakan Lebaran, melaluinya
dengan di rumah saja.
Seperti juga tahun-tahun sebelumnya,
tahun ini asisten rumah tangga kami pulang. Mbak Pon dan Mul, sepasang suami
istri yang bekerja di tempat kami, pulang seminggu sebelum Lebaran. Mereka yang
biasanya menjaga rumah kami supaya tetap bersih dan tidak kosong. Ketika mereka
tidak ada, maka tugas-tugas yang biasa mereka lakukan harus diambil alih oleh
yang punya rumah.
Pada libur Lebaran tahun ini,
adik-adik saya pulang kampung ke Palangkaraya. Saya dan Mamah yang menunggui
rumah di Jakarta. Tugas-tugas rumah tangga kami kerjakan berdua. Kami pun tidur
berdua di kamar yang sama, di kamar Mamah. Menurut pertimbangan saya, lebih
baik kami bersama dari pada yang 1 ada di lantai 1, yang 1 ada di lantai 2,
sedangkan rumah-rumah di sekitar kami juga kosong.
Menggelar Kasur di Depan TV
Salah satu kegiatan yang paling
sering saya lakukan di libur Lebaran kali ini adalah menonton TV. Ini
sebenarnya penyimpangan dari kebiasaan saya sehari-hari yang lebih suka
menghabiskan waktu dengan membaca. Saat itu, saya bisa menonton TV dengan
bebas. Tidak ada orang yang merebut remote TV atau menggantinya dengan saluran
lain. Merdeka deh pokoknya!
Saya juga menggelar kasur di depan
TV. TV itu letaknya di ruang keluarga rumah kami. Di kasur ini, saya bisa
leyeh-leyeh sesuka hati. Agak berbeda kasusnya kalau di rumah ada para asisten
rumah tangga. Tidurannya agak-agak jaim terutama kalau ada si Mul.
Mengganti Gas dan Galon Air Minum
Salah satu perjuangan kami hidup
berdua saja di rumah adalah ketika tiba saatnya untuk mengganti tabung gas dan
air minum dalam galon. Bebannya yang berat membuat saya tidak tega kalau Mamah
ikut terlibat mengganti benda-benda ini dengan yang baru. Tapi saya sendiri
ternyata punya keterbatasan. Saya tidak kuat mengangkut gas. Apalagi ketika
waktunya mengganti tabung gas itu badan saya sedang sangat lemah karena masih
dalam proses pemulihan setelah sakit.
Untuk mengganti galon air minum,
saya punya trik tersendiri. Saya menggelindingkan galonnya sampai ke dekat
dispenser. Setelah dekat barulah mulai diproses. Sebelum mengangkat harus
berkali-kali menarik napas panjang untuk menghimpun kekuatan. Selama liburan
itu, saya berhasil mengganti 3 galon air minum.
Di rumah kami yang besar itu, ada 3
dispenser galon air minum. Dua di lantai bawah, yang 1 lagi di lantai atas.
Berhubung penghuni lantai atas hanya ada saya, maka saya pun mengusahakan
supaya galonnya tidak perlu diganti. Saya mengambil minum di dispenser yang di
lantai 1. Tekad untuk lebih banyak minum air putih kali ini menemui
tantangannya. Kalau saya banyak minum, artinya air akan cepat habis. Tapi kalau
tidak minum, maka target akan gagal.
Saya dan Mamah menyepakati untuk
menyiasati air minum ini. Kami merebus air keran dan menempatkannya di teko.
Untuk minum air putih dengan suhu normal, kami akan meminum air putih dari
teko. Air dispenser hanya untuk minuman panas dan dingin. Dengan cara ini,
galon air minum itu bisa bertahan hampir seminggu. Lumayan gak perlu angkat
berat hehehe....
Jarang Keluar Rumah
Saat liburan itu, saya sangat jarang
keluar rumah. Selain karena terikat dengan pekerjaan rumah tangga, saya juga
malas untuk keluar. Rumah yang baru terasa menjadi milik sendiri itu cukup
menghibur bagi saya. Tidak perlu untuk pergi ke tempat hiburan lagi. Apalagi
tempat hiburan dipenuhi oleh banyak orang sampai bentuknya kaya cendol.
Hii...males deh!
Di hari Lebaran pertama saya sempat
keluar rumah mengunjungi saudara dan kerabat yang merayakan Lebaran. Kunjungan
ini dilanjutkan dengan kunjungan ke mall untuk membeli boneka pesanan
keponakan. Bonekanya tidak terbeli karena ternyata tokonya tutup. Setelah itu
kami pulang dan tidak keluar-keluar rumah lagi sampai 2 hari kemudian.
Suka
di Rumah = Suka Jalan-jalan
Saat itu, saya baru menyadari kalau
ternyata kesukaan saya berada di rumah itu hampir sama besarnya dengan kesukaan
berjalan-jalan. Betah rasanya tinggal di rumah sendiri tanpa ada banyak orang
“asing” yang berlalu-lalang. Ternyata menyenangkan juga, ya, liburan di rumah. {ST}