Cukup mengejutkan ketika membaca
sebuah berita tentang batalnya sebuah konser. Yang mengejutkan adalah alasan
pembatalan konser itu. Alasannya karena ada pemain musik yang perempuan. Entah
siapa yang meminta atau memerintahkan pembatalannya.
Yang harus disyukuri, kejadian ini
tidak terjadi di Indonesia. Kejadian ini terjadi di Iran. Entah bagaimana cara
hidup di sana, tetapi dari cara pandang saya, sepertinya mereka tidak terlalu
menghargai perempuan. Atau mungkin tetap menghargai tetapi tidak sebanding
dengan pria.
Konser itu dibatalkan hanya beberapa
menit sebelum mereka tampil. Sang konduktor diminta untuk tidak menampilkan
pemusik perempuan di panggungnya. Agak-agak susah juga permintaannya. Sebagai
orkestra, mereka pasti sudah beberapa kali latihan bersama dengan posisi yang
sudah ditentukan. Orkestra adalah kerja tim. Beberapa menit yang diberikan
tidak cukup untuk menggantikan anggota tim dengan yang baru. Konduktor itu
akhirnya memutuskan kalau mereka tidak akan tampil. Mereka, 1 tim, baik
laki-laki ataupun perempuan, tidak akan main musik.
Kalau dilihat-lihat, pakaian para
perempuan itu cukup sopan untuk standar orang sana. Mereka berpakaian tertutup
dan berkerudung. Sangat berbeda dengan pemain orkestra di tempat lain, yang
kebanyakan bergaun hitam dengan beberapa bagian yang terbuka. Entah apa yang
melatarbelakangi orang-orang yang melarang itu.
Musik adalah milik semua orang, baik
perempuan atau laki-laki. Tua ataupun muda. Hmmm… Mungkin lebih dari itu. Musik
adalah milik semua makhluk. Kodok dan jangkrik pun bermusik dalam hidupnya.
Burung-burung sih sudah pasti. Mereka bernyanyi hampir setiap pagi. Melarang
orang bermusik itu sepertinya merampas salah satu hak makhluk hidup.
Sekali lagi yang harus disyukuri
kejadian itu tidak terjadi di Indonesia. Negara yang saya tinggali ini tidak
melarang perempuan untuk tampil. Perempuan saya juga boleh tampil bermain
musik. Masalahnya adalah enggak bisa main musik hehehe… {ST}