Suatu
malam, saya diundang makan malam di Restoran Marche. Makan malam ini adalah
bentuk rasa syukur bertambahnya umru tante dan sepupu saya. Setiap pengunjung
yang datang diberikan sebuah kartu yang akan mencatat makanan dan minuman yang
kita catat. Kartu itu diberikan kepada petugas ketika kita memilih makanan yang
akan kita santap.
Makanan
dan minuman di tempat ini dipilih sendiri, mulai dari makanan pembuka dan
penutup. Saya pun berjalan-jalan untuk memilih makanan yang akan saya santap.
Dalam perjalanan itu, saya bertemu dengan 2 orang anak kecil yang lucu. Dari
wajah, keakraban dan juga ukuran tubuhnya, sudah bisa ditebak kalau 2 orang
anak ini bersaudara.
Sang kakak, seorang anak laki-laki,
usianya tidak lebih dari 5 tahun. Sang adik kira-kira 2 atau 3 tahun. Adiknya
terlihat masih balita yang belum lama bisa berjalan. Kedua anak ini terlihat
asyik di depan elmari pajang es krim. Awalnya, saya menduga mereka tertarik
pada es krimnya. Hampir semua anak kecil memang suka es krim. Namun dugaan saya
itu salah.
Kedua anak kecil itu rupanya tertarik
pada topping es krimnya. Lebih tepatnya pada coklat cip dan kismis. Kedua
topping ini diletakkan di mangkok yang ada di depan lemari pajang es krim.
Kedua anak ini mengambil coklat dan kismis itu dengan menggunakan tangannya.
Mereka juga mengobok-obok isi mangkok itu. Haiya…
Saya yang dari awal memang tertarik
dengan apa yang dilakukan kedua anak itu, lantas bertanya.
“Ini kakak adik, ya?” tanya saya.
“Iya. Ini kakak. Ini adik,” kata sang
kakak sambil menunjuk ke adiknya yang masih sibuk mengobok-obok mangkok.
“Kalian makan apa?” tanya saya lagi
walaupun sudah melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan.
“Makan coklat sama kismis,” jawab
kedua anak lucu itu.
Saya pun mengangguk-angguk sambil
mencuil pipi bocah-bocah lucu itu. Dalam hati saya bertanya, “Ini orang tuanya
ke mana, ya? Masa anaknya dibiarkan mengobok-obok makanan gini?”
Kalau saya pikir-pikir, kelakuan
kedua anak itu agak kelewatan. Coklat dan kismis itu adalah makanan yang akan
disajikan kepada pelanggan lain. Tangan-tangan kecil kedua anak yang
mengobok-oboknya itu membuat coklat dan kismis itu menjadi tidak higienis. Saya
pun agak ilfil melihatnya.
Kedua anak itu tidak bisa disalahkan. Sebagai
anak kecil, tentunya mereka tertarik pada apa yang membuat mereka senang. Tidak
hanya anak kecil, sih. Manusia segala usia juga begitu. Saya juga mungkin akan
melakukan “kenakalan” yang sama bila menjadi anak kecil. {ST}