Halte-halte bus
Transjakarta selalu dilengkapi dengan kipas angin. Kipas angin yang berdaya
cukup besar ini sangat berguna untuk sirkulasi udara di halte yang umumnya
tidak terlalu luas. Kipas ini juga berguna untuk mengurangi hawa panas.
Kipas angin itu bisa
dipindahkan arahnya, tergantung kebutuhannya. Biasanya kipas angin ini
diarahkan ke antrean padat orang-orang yang sedang menunggu datangnya bus.
Angin segar dari kipas itu memang sangat dibutuhkan saat berdesakan seperti
itu.
Suatu kali, saya
melihat kipas angin itu tidak mengarah ke antrean. Kipas angin itu mengarah ke
sebuah sudut kosong. Dalam hati saya pikir tentunya ada orang yang tidak tahan
kena kipas angin kemudian minta kipas anginnya diarahkan ke tempat lain.
Pertanyaan saya itu
terjawab tidak lama kemudian. Seorang wanita petugas halte berjalan ke sudut
kosong itu sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dari bahasa tubuhnya sudah
jelas kalau dia kegerahan. Sudah dapat ditebak kalau dialah yang memindahkan
arah kipas angin untuk mendinginkan tubuhnya sendiri.
Sekilas tindakan itu
dapat dikatakan egois karena hanya mementingkan kesejukan tubuhnya sendiri.
Namun kalau dilihat tempat kerjanya sebagai penjaga loket yang berada di dalam
sebuah bilik kecil, tentunya dapat dimaklumi kalau dia juga perlu udara segar. {ST}