Kenek
sebagai pembantu supir sudah menjadi tradisi di kendaraan umum yang beredar di
Jakarta. Kenek ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bus ukuran sedang
dan besar. Kenek inilah yang menjadi kasir dan asisten supir untuk berhubungan
dengan penumpang.
Angkot,
angkutan kota berukuran mobil penumpang, biasanya tidak memiliki kenek.
Penumpang yang menumpang mobil ini dengan kesadaran sendiri memberikan uang
kepada supir. Supirlah yang menjadi satu-satunya pekerja di mobil ini.
Suatu
kali, saya pernah melihat angkot yang ada keneknya. Kenek ini, seperti juga
kenek lainnya, meneriakkan tujuan angkot itu. Kenek ini juga dengan giat
meneriakkan “empat enam”, formasi andalan penumpang angkot.
Entah
berapa yang didapatkan dari penghasilan menjadi kenek angkot ini. Tampaknya
tidak lebih besar dibandingkan dengan menjadi kenek kendaraan yang lebih besar.
Atau, mungkin dia sebenarnya adalah supir cadanagn bagi angkot itu? {ST}