Beberapa hari sebelum ulang tahun
saya, Papah menelpon saya. Dia menanyakan tentang kirimannya. Dia mau
memastikan kiriman itu datang sebelum hari Selasa. Hari Selasa adalah hari
ulang tahun saya. Ya, tahun ini tanggal 4 Agustus jatuh pada hari Selasa.
Sudah bisa ditebak kalau barang
kiriman itu adalah hadiah ulang tahun. Saya menebak kalau Papah akan
mengirimkan kain motif Dayak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kain-kain itu
sampai sekarang masih belum saya jahit karena belum menentukan model bajunya.
Hari Minggu siang, 2 Agustus 2015,
barang kiriman Papah itu sampai di rumah kami. Saya tersenyum terharu melihat
nama kami ada di bagian tujuan dan pengirimnya. Saya terharu karena Papah niat
banget memberikan hadiah kepada anaknya.
Saya teringat bertahun-tahun yang
lalu, saya pernah merasa kehilangan Papah karena dia tidak ingat hari ulang
tahun saya. Bapak yang selalu mengingat ulang tahun saya adalah bapaknya
tetangga saya, bukan bapak saya. Namanya Om Joris. Saat ini Om Joris sudah
dipanggil Tuhan. Tugasnya di dunia sudah selesai. Dan saat itulah saya mendapatkan
kembali bapak saya yang sebenarnya.
“Jangan-jangan Papah enggak ingat
kita anaknya yang keberapa,” itu adalah ungkapan becandaan kami kalau Papah
melupakan hari ulang tahun anak-anaknya. Candaan ini, walaupun diucapkan dengan
tertawa terkekeh-kekeh, tetap saja pedih di hati.
Beberapa tahun belakangan ini,
sebenarnya Papah cukup ingat dengan ulang tahun anak-anaknya. Itu adalah
sesuatu yang sangat berharga bagi saya. Bagi orang yang bertahun-tahun “tidak
peduli” dan sudah berusia lanjut, mengingat ulang tahun bukanlah hal yang
mudah. Apalagi masih ditambah dengan membeli kado dan membungkusnya. Enggak
banyak cowok-cowok di dunia ini yang mau melakukannya.
Melihat kado dari Papah yang
dibungkus koran itu buat saya lebih berharga dibandingkan setumpuk uang atau
sederetan cowok ganteng. Bukan harganya yang menentukan, tetapi nilainya.
Hadiah dari Papah itu nilainya sangat besar bagi saya.
Papah mengirimkan hadiah tas
berbahan rotan. Lihat, deh, fotonya. Bagus, kan? Saya memang suka memakai tas
berbahan rotan. Saya punya beberapa tas rotan dan rutin memakainya dalam
beberapa kesempatan. Saya juga sering memakai tas rotan dengan model selempang
milik almarhumah nenek saya. Enggaka da yang tahu kalau tas ini sebenarnya
super jadul karena tas selempang sekarang sedang ngetren.
Tas hadiah dari Papah itu langsung
saya pakai sore harinya. Sore hari itu, saya bertugas menjadi liturgos di
gereja. Saya membawa tas kecil berbahan rotan itu dengan perasaan bangga dan
penuh syukur. Saat doa Bapa Kami dilantunkan, rasanya Bapa tidak hanya berada
di surga, tetapi juga ada di Bumi. {ST}